Jakarta, CNBC Indonesia - Diam-diam orang-orang sangat kaya kini menyimpan emasnya di tetangga dekat RI. Hal ini seiring ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang mengguncang pasar keuangan.
Mengutip CNBC International, Selasa (27/5/2025), negara itu adalah Singapura. Dikenal sebagai "The Reserve", tidak jauh dari bandara internasional Changi, fasilitas enam lantai yang diperkuat dengan keamanan ketat menyimpan emas dan perak batangan dengan nilai US$ 1,5 miliar (Rp 24 triliun).
"Fasilitas penyimpanan ini memiliki banyak brankas pribadi dan ruang penyimpanan yang menjulang tinggi yang dipenuhi dengan ribuan kotak penyimpanan yang tingginya mencapai tiga lantai," muat laman itu.
Lebih detil, dilaporkan bagaimana dari awal tahun hingga April, tempat penyimpanan logam mulia ini telah menerima peningkatan pesanan sebesar 88%, dari periode yang sama pada tahun 2024. The Reserve, yang juga menjual emas dan perak batangan, melihat penjualan logam mulia batangan meroket 200% dari tahun ke tahun pada waktu itu.
"Banyak klien dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi sedang mempertimbangkan tarif, melihat dunia berubah, melihat potensi ketidakstabilan geopolitik," kata pendirinya Gregor Gregersen.
"Ide untuk menempatkan logam fisik di yurisdiksi yang aman seperti Singapura dengan pihak yang dapat mereka percayai menjadi tren besar saat ini," tambahnya seraya menambahkan bahwa 90% pesanan baru berasal dari luar Singapura.
Perlu diketahui, harga emas baru-baru ini "mendingin" beberapa pengamat pasar masih percaya bahwa harga emas dapat naik hingga US$5.000 per ons tahun depan. Harga emas spot saat ini diperdagangkan pada US$3.346,32 per ons, mendekati level historis.
Orang Kaya Lebih Pilih Emas Fisik hingga Khawatir Menyimpan di Bank?
Sementara itu, Gregersen juga menyindir bagaimana orang kaya sekarang lebih memilih emas dibanding "kertas kepemilikan" atau saham. Krisis Bank Silicon Valley di Amerika Serikat (AS) misalnya, menjadi sebab.
"Orang kaya juga semakin memilih emas batangan fisik daripada kertas karena mereka tidak menginginkan terlalu banyak eksposur harga," ujar Gregersen.
"Apa yang terjadi pada tahun 2023 (kriis Bank Silicon Valley) memicu preferensi investor untuk memiliki secara fisik atau mengalokasikan emas batangan tertentu secara aman, daripada mengandalkan klaim di atas kertas atau hanya memiliki saham... yang dapat berisiko jika bank bangkrut," kata kepala penelitian dan strategi logam di MKS Pamp, sebuah perusahaan pemurnian dan perdagangan logam mulia, Nicky Shiels.
Di sisi lain, kepala strategi pasar World Gold Council, John Reade, menguak kekhawatiran yang muncul dari orang-orang kaya menyimpan emas di bank. Ini terkait kekhawatiran tentang kesehatan sistem keuangan global.
"Beberapa pemegang logam mulia fisik merasa khawatir menyimpan emas di dalam sistem perbankan, bahkan dalam bentuk yang dialokasikan, sehingga mereka lebih memilih menyimpan emas di entitas selain bank," kata Reade.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Harga Emas Tinggi, Bakal Kena Tarif Royalti Hingga16%
Next Article Orang Kaya RI Ada 10 Juta Tapi Doyan 'Buang' Uang di Luar Negeri