Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan melandai bahkan di bawah 5% meskipun ada momen Ramadan dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Tanah Air.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 pada Senin (5/5/2025).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia pada kuartal-IV 2024 tumbuh 5,02% yoy.
Jika polling sejalan dengan hasil pengumuman BPS maka pertumbuhan kuartal I tahun ini akan tergolong cukup rendah atau sama dengan pertumbuhan kuartal III-2023.
Hal ini cukup mengkhawatirkan karena secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I, secara umum berada di level yang cukup tinggi.
Apabila momen pandemi Covid-19 yakni tahun 2020 dan 2021 dikeluarkan dalam perhitungan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap kuartal I sejak 2015 hingga 2024 yakni sebesar 5,01% yoy.
Secara historis, PDB akan melesat selama Ramadan karena adanya lonjakan konsumsi barang dan jasa. Konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 56% terhadap PDB Indonesia sehingga pergerakan konsumsi masyarakat sangat memengaruhi laju ekonomi.
Untuk diketahui, konsumsi menyumbang sekitar 53,71% pada total Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga laju konsumsi sangat menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bank Mandiri melaporkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan melemah ke bawah 4,9% (yoy) di kuartal I-2025, dari sebelumnya 5,0% (yoy) di kuartal IV-2024. Hal ini mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk melakukan pengeluaran secara lebih hati-hati, karena sebagian pendapatan dialokasikan untuk tabungan berjaga-jaga.
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan justru meningkat signifikan pada Maret 2025 atau selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri.
Meningkatnya jumlah tabungan selama Ramadan terbilang anomali mengingat biasanya masyarakat menguras tabungan selama Ramadan karena tingginya konsumsi. Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, per Maret 2025, pertumbuhan DPK tabungan perorangan sebesar 6,4% year on year/yoy atau bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,7% yoy. Pertumbuhan DPK tabungan perorangan Maret 2025 juga merupakan yang tertinggi sejak November 2022 atau sekitar 2,5 tahun terakhir.
Kendati ada pelemahan dari sisi konsumsi rumah tangga, tingkat investasi asing yang masuk ke Tanah terpantau cukup baik.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mencatat investasi yang sudah direalisasikan di kuartal I-2025 mencapai Rp 465,2 triliun. Realisasi ini naik 15,9% jika dibandingkan kuartal IV-2024 dan naik 2,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dari besaran tersebut, penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 230,4 triliun atau 49,3% dari total realisasi investasi. Sedangkan investasi dalam bentuk penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 234,8 triliun atau 50,5% dari total realisasi investasi. Adapun, PMA ini meningkat 12,7% pada kuartal I-2025.
Adapun, realisasi PMA ini paling banyak berasal dari Singapura US$ 4,6 miliar. Posisi kedua adalah HongKong US$ 2,2 miliar dan ketiga, ada China sebesar US$ 1,8 miliar. Kemudian, posisi keempat ditempati Malaysia US$ 1 miliar dan Jepang US$ 1 miliar.
Foto: 5 Besar Negara Realisasi Investasi PMA: Triwulan I 2025
Sumber: BKPM
Belanja Pemerintah Melonjak, Ekspor Masih Positif
Belanja pemerintah tumbuh 1,37% pada Januari-Maret 2025 menembus Rp 620,3 triliun atau 17,1% dari pagi.Kenaikan ini didominasi oleh belanja pegawai yang menanjak sekitar Rp9 triliun atau sekitar 12,4% akibat momen pemberian THR.
Sementara neraca perdagangan Indonesia selama kuartal I-2025 terpantau surplus US$10,92 miliar atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya surplus sebesar US$7,41 miliar. Bahkan surplus neraca perdagangan Indonesia untuk periode Maret 2025 tergolong tinggi di angka US$4,33 miliar.
Apabila dilihat lebih rinci, total nilai ekspor mengalami peningkatan baik secara bulanan maupun tahunan, utamanya didorong oleh peningkatan nilai ekspor migas dan nonmigas.
Secara bulanan, total ekspor meningkat 5,95% dan secara tahunan menanjak sebesar 3,16%.
Begitu pula dengan impor yang secara bulanan dan tahunan masing-masing mengalami kenaikan yakni 0,38% dan 5,34%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)