Ikut Bisnis Ini Banjir Cuan, Omzetnya di Dunia Ribuan Triliun Rupiah

1 week ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menyebut sertifikasi halal bukan lagi sekadar kewajiban agama atau aturan pemerintah, melainkan sebuah pintu masuk menuju kekuatan ekonomi baru yang besar, yakni ekonomi syariah global.

Wakil Kepala Badan Pengembangan Ekonomi Syariah Kadin Indonesia, Angga A Adinegoro melihat sertifikasi halal sebagai katalis untuk perkembangan ekonomi syariah, bukan lagi hanya sebagai kewajiban sebagai umat Muslim atau kepatuhan regulasi.

"Kita melihat bahwa sertifikasi halal ini bukan hanya sebagai kewajiban sebagai Muslim atau kepatuhan regulasi, tetapi sebagai katalis untuk perkembangan ekonomi syariah yang berdasarkan prinsip keadilan, keseimbangan, keberlanjutan, dan kebersatuan umat," kata Angga dalam Kumparan Halal Forum di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Angga menjelaskan, pasar halal global saat ini bernilai fantastis, yakni senilai US$ 2,1 triliun. Angka itu bukan main-main. Kalau dirupiahkan, nilainya tembus lebih dari Rp34 kuadriliun (atau sekitar Rp34.000 triliun, asumsi kurs Rp16.260/US$). Bahkan, diprediksi pada tahun 2027 mendatang akan melonjak menjadi US$ 3,1 triliun atau sekitar Rp48 kuadriliun, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sekitar 4,8%.

"Kalau dirupiahin mungkin kalkulator juga bingung tuh US$ 2,1 triliun. Nah, tahun 2027 ini diperkirakan akan mencapai US$ 3,1, dengan CAGR sekitar 4,8%. Jadi potensinya memang besar," ujarnya.

Lebih lanjut, Angga juga memaparkan sektor ekonomi syariah ternyata sudah menyumbang sekitar 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, berdasarkan kajian dari Bank Indonesia. Artinya, sumbangan ekonomi berbasis halal bukan main-main, dan potensinya masih sangat besar untuk digarap.

"Nah, gimana caranya supaya kita sebagai pengusaha bisa ikut menikmati kue-kue tersebut?" ucap dia.

Adapun sektor unggulan yang sedang naik daun, menurutnya, makanan dan minuman halal, farmasi, kosmetik, modest fashion, pariwisata halal, hingga fintech berbasis syariah. Dari semua itu, makanan dan minuman halal menyumbang nilai pasar sekitar US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp22,7 kuadriliun, atau hampir 16% dari total pasar makanan global.

"Indonesia ini dengan 157 juta jiwa penduduk Muslim usia produktif, dengan sumber daya yang melimpah dan posisi geografis yang strategis, harusnya jadi produsen halal terkemuka di dunia, bukan cuma jadi konsumen," tegas Angga.

Dan di sinilah, menurut dia, sertifikasi halal memainkan peran kunci. "Sertifikasi halal itu starting point. Karena dengan itu, kualitas produk meningkat, daya saing naik, dan kepercayaan konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri, ikut tumbuh," jelasnya.

Lebih dari itu, sertifikasi halal juga membuka peluang untuk menembus pasar global yang terus berkembang, menciptakan rantai nilai halal global (halal value chain), dan mendorong lahirnya industri-industri baru yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

"Kalau semua sektor bergerak di bawah ekosistem halal ini, kita bukan cuma bicara peluang, tapi masa depan ekonomi Indonesia," pungkasnya.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Paus Fransiskus Wafat - Produk Halal Mengandung Babi

Next Article Video: Industri Halal, Penopang Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |