Harga Minyak Tergelincir, OPEC+ dan Tarif Trump Jadi Biang Kerok

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada perdagangan Jumat (11/7/2025) pagi. Sentimen kombinasi dari keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi dan eskalasi tekanan tarif dari Amerika Serikat membuat harga minyak tertekan, meski tensi geopolitik di Timur Tengah tetap tinggi.

Per pukul 09:45 WIB, minyak Brent (LCOc1) tercatat turun ke US$68,97 per barel, dari sebelumnya US$68,64. Sementara itu, minyak WTI (CLc1), acuan Amerika Serikat, ikut tergelincir ke level US$66,97, setelah sehari sebelumnya ditutup di US$66,57.


Selama sepekan terakhir, harga Brent mengalami koreksi sekitar 1,4%, sedangkan WTI terkoreksi lebih dari 2%. Tekanan datang dari arah pasokan, terutama setelah OPEC+ mengumumkan tambahan produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai Agustus, melanjutkan kenaikan yang sudah dipercepat sejak Mei lalu.

Sentimen negatif kian diperparah oleh laporan mingguan EIA (Administrasi Informasi Energi AS) yang menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 7,07 juta barel pada pekan pertama Juli. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yang justru memperkirakan penurunan 2 juta barel, menandakan potensi oversupply yang lebih besar dari estimasi sebelumnya.

Di sisi lain, lonjakan ketegangan dagang juga menjadi tekanan tersendiri. Presiden AS Donald Trump mengumumkan gelombang tarif baru, termasuk 50% bea masuk untuk produk dari Brasil, serta rencana pemberlakuan tarif tambahan pada komoditas seperti tembaga, semikonduktor, dan farmasi. Kekhawatiran akan meluasnya perang dagang membuat investor global bersikap lebih defensif terhadap aset berisiko, termasuk minyak.

Namun, tak semua sentimen mengarah ke bawah. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat setelah serangan kelompok Houthi terhadap kapal dagang menyebabkan korban jiwa dan penculikan awak. Situasi ini menahan penurunan harga lebih dalam karena meningkatkan risiko gangguan pasokan dari kawasan vital.

Sejauh ini, pasar masih menunggu kejelasan lebih lanjut dari OPEC+ yang disebut sedang mempertimbangkan menunda peningkatan produksi lanjutan di bulan September. Jika benar terjadi, keputusan itu bisa menjadi rem jangka pendek terhadap tekanan harga minyak.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Rusia dan OPEC+ Bikin Harga Minyak Membara

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |