Alasan Ilmiah Mengapa Pria Rata-Rata Lebih Tinggi dari Wanita

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Secara rata-rata, pria memiliki tinggi sekitar 13 sentimeter (5 inci) lebih tinggi daripada wanita. Tapi, kenapa bisa begitu? 

Meskipun perbedaan tinggi berdasarkan jenis kelamin ini ditemukan di hampir seluruh dunia, para ilmuwan belum memiliki pemahaman ilmiah yang utuh tentang penyebabnya. Namun sejumlah petunjuk dari gen dan hormon yang terkait jenis kelamin mulai membantu mengurai misteri ini.

Tinggi badan adalah sifat kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah genetic yakni gen di kromosom seks maupun kromosom biasa sama-sama berperan dalam menentukan tinggi seseorang. Setiap bayi mewarisi 23 kromosom dari ibu dan 23 dari ayah.

Dua di antaranya adalah kromosom seks yang umumnya perempuan memiliki XX dan laki-laki memiliki XY. Orang tua biasanya mewariskan gen yang sesuai dengan karakteristik mereka, sehingga anak dari orang tua tinggi cenderung juga lebih tinggi daripada anak dari orang tua yang pendek.

Melansir Live Science, penelitian pada anak kembar identik menunjukkan tinggi badan bersifat 80% dapat diwariskan, artinya sekitar 80% variasi tinggi badan ditentukan oleh faktor genetik. Namun, menentukan gen mana yang mempengaruhi tinggi badan bukanlah hal mudah.

"Tinggi badan adalah sifat poligenik yang terkenal," kata ilmuwan bioinformatika dari Geisinger College of Health Sciences, Pennsylvania, Alexander Berry dikutip dari Live Science di Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Artinya, kata ia, ada banyak gen yang terlibat. Tinggi seseorang bisa sangat bervariasi karena ribuan gen di seluruh genom ikut mempengaruhinya. "Studi asosiasi genom menyeluruh tentang tinggi badan menemukan hasil di hampir seluruh bagian genom," ujarnya menambahkan.

Sebuah studi tahun 2022 yang dimuat di jurnal Nature menemukan ada 12.111 lokasi dalam genom di mana satu nukleotida, huruf G, A, T, atau C dalam urutan DNA bervariasi dan secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan.

Salah satu gen yang paling banyak diteliti terkait tinggi adalah SHOX, yang terdapat pada kromosom X dan Y. Gen ini diperkirakan menyumbang sekitar 25% dari perbedaan rata-rata tinggi antara pria dan wanita. Mutasi pada gen SHOX dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang, seperti pada kasus kelainan genetik Léri-Weill dyschondrosteosis, yang membuat tinggi badan jauh lebih pendek.

Perbedaan tinggi badan juga bisa dilihat dari orang-orang dengan jumlah kromosom seks yang tidak lazim, seperti XXX atau XXY. Dalam sebuah studi yang diterbitkan Mei 2025 di jurnal PNAS, Berry dan timnya menganalisis data dari lebih dari 928 ribu orang, termasuk 1.225 individu dengan kondisi tersebut. Mereka meneliti bagaimana jumlah gen di kromosom seks ekstra atau yang hilang mempengaruhi tinggi badan.

Temuan mereka memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana SHOX mempengaruhi tinggi badan pada pria dan wanita secara umum. Orang dengan tambahan kromosom Y cenderung lebih tinggi daripada yang memiliki tambahan kromosom X. Hal ini karena perempuan (XX) memiliki satu kromosom X yang tidak aktif, sehingga tidak menyalin semua gen secara penuh termasuk SHOX. Sementara pria (XY) memiliki dua salinan aktif gen SHOX. Dengan demikian, gen ini cenderung lebih aktif pada pria dibandingkan wanita.

Namun Berry menekankan bukan berarti kromosom Y secara langsung menyebabkan pria lebih tinggi. "Data kami tidak menunjukkan hal itu," katanya. SHOX memang ada di kedua kromosom X dan Y, jadi dampaknya tidak eksklusif untuk laki-laki. Tapi, kata Berry, bisa jadi ada gen khusus pada kromosom Y yang mempengaruhi hormon seperti testosteron, dan itu pada akhirnya turut mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan.

Testosteron adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh laki-laki dan perempuan, meskipun kadarnya jauh lebih tinggi pada laki-laki. Hormon ini berperan dalam ciri-ciri khas laki-laki seperti suara yang lebih berat dan tumbuhnya rambut tubuh.

"Bisa jadi ada gen lain di kromosom Y yang mempengaruhi produksi hormon secara langsung maupun tidak langsung," kata Berry. Namun ia menambahkan, "hubungan antara hormon dan tinggi badan itu rumit."

Estrogen Jadi Aktor Utama

Selain testosteron, hormon lain seperti hormon pertumbuhan manusia (human growth hormone) juga berperan. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari dan mendorong pertumbuhan pada anak-anak. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1) ikut memperkuat efeknya, dan keduanya memuncak saat masa pubertas.

Namun menurut profesor antropologi di University of Rhode Island, Holly Dunsworth, estrogen justru memainkan peran besar dalam cerita tinggi badan. "Estrogen adalah penggerak utama pertumbuhan tulang panjang," katanya.

Meski begitu, jenis kelamin bukan satu-satunya faktor. Tentu saja, ada banyak wanita yang lebih tinggi dari pria. Faktor lingkungan juga punya peran besar.

Sebab, tinggi badan hanya sekitar 80% diwariskan, sisanya sekitar 20% dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti nutrisi dan iklim. Kombinasi semua faktor ini membuat para peneliti masih kesulitan menemukan jawaban pasti kenapa pria cenderung lebih tinggi dari wanita.

Namun Berry meyakini, ekspresi gen (cara gen aktif dan bekerja) bisa jadi kunci berikutnya dalam penelitian tinggi badan.

"Saya pikir, lewat studi ekspresi gen berskala besar, kita bisa menemukan bahwa bahkan orang dengan kromosom yang sama bisa punya tinggi berbeda karena ekspresi gen mereka berbeda," katanya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |