Dolar Tekan Rupiah hingga Rp 16.455, Ini Pemicunya!

2 weeks ago 7
Portal Liputan Hot Pagi Viral Terpercaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah tergilas dolar dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi ini, Senin (23/6/2025). Rupiah dibuka melemah ke level Rp 16.430 per dolar AS pada pukul 09.00 WIB.

Dikutip dari Refinitiv, pada pukul 09.24 WIB, rupiah masih melanjutkan pelemahan ke level Rp 16.455 per dolar AS. Pelemahan ini dipengaruhi oleh sentimen risk off di pasar keuangan global paska serangan AS ke 3 fasilitas nuklir Iran yang sekaligus merupakan sikap resmi AS yang telah terlibat perang dengan Iran.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea kepada CNBC Indonesia. Dia menjelaskan sentimen risk off ini telah mendorong aksi flight to quality di pasar keuangan global.

"Safe haven assets seperti emas, USD, dan US Treasury mengalami penguatan pagi hari ini. DXY menguat 0,37%. Mata uang negara maju G10 seperti EUR, GBP, JPY semua mengalami pelemahan terhadap USD. Demikian pula mata uang regional seperti KRW, MYR, dan PHP dibuka melemah. Sejalan dengan hal tersebut Rupiah juga diperkirakan sejalan dengan pergerakan mata uang regional," papar Erwin, Senin (23/6/2025).

Sementara itu, dia melihat aset berisiko seperti Indeks saham futures AS menunjukkan pelemahan, diikuti oleh indeks saham regional seperti Nikkei, Kospi, dan Straits Times yang juga melemah.

Erwin menegaskan sejalan dengan sentimen risk off yang terjadi di pasar, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan menjaga pergerakan rupiah sejalan dengan pergerakan mata uang regional, BI akan terus melakukan intervensi transaksi NDF di pasar luar negeri serta transaksi spot, DNDF di pasar domestik.

"Strategi ini disertai dengan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas di pasar keuangan," katanya.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengingatkan tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Pasca serangan awal pada pertengahan Juni 2025, rupiah sudah melemah sekitar 0,9% atau 150 point menjadi Rp16.385 per USD.

"Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan dolar AS sebagai safe haven akibat ketidakpastian geopolitik global serta lonjakan harga minyak dunia," kata Josua.

Josua menjelaskan setiap kenaikan ICP sebesar USD 1 di atas asumsi APBN (US$ 82 per barel) menyebabkan tambahan beban neto sekitar Rp7 triliun, sehingga defisit anggaran berpotensi melebar lebih dekat ke batas 3% PDB.

Kondisi ini, katanya, memperberat tekanan terhadap rupiah melalui peningkatan risiko fiskal dan prospek pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD).

Selain itu, faktor eksternal lainnya adalah meningkatnya ketegangan geopolitik yang umumnya menyebabkan dolar AS semakin kuat, yang juga turut memperlemah rupiah.

"Berdasarkan analisis yang ada, nilai tukar rupiah hingga tanggal 23 Juni 2025 kemungkinan akan bergerak dalam tekanan pelemahan, dengan potensi kisaran antara Rp16.350-Rp16.500 per dolar AS, khususnya apabila konflik masih panas atau eskalasi semakin intensif," katanya.

Secara keseluruhan, dalam situasi konflik Timur Tengah yang terus memanas, IHSG berpotensi mengalami volatilitas tinggi dengan kecenderungan tekanan negatif dalam jangka pendek, sementara rupiah menghadapi tekanan pelemahan yang signifikan akibat kombinasi dampak fiskal, inflasi impor yang meningkat, serta sentimen risiko global yang negatif.

Pemerintah dan otoritas moneter Indonesia perlu menyiapkan langkah antisipatif, seperti penguatan cadangan devisa melalui kebijakan DHE yang lebih efektif, intervensi pasar oleh Bank Indonesia secara hati-hati, serta mitigasi fiskal untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah gejolak global ini.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Menanti Neraca Dagang RI, Akankah Rupiah Lanjut Menguat Hari Ini?

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |