Di Persimpangan Jalan: BI Main Aman atau Berani Pangkas Suku Bunga?

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan besok, Rabu (16/7/2025). Pasar dan analis terbelah memperkirakan suku bunga acuan bulan ini.

BI menggelar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Rabu dan Kamis pekan ini (15-16 Juli 2025).

Sebagai catatan, BI rate pada Juni ditetapkan konstan 5,50%. Sebelumnya, BI sempat memangkas suku bunga pada Mei 2025 ke level 5,50%. Sampai awal paruh kedua 2025, ini adalah satu-satunya BI melakukan pemangkasan suku bunga.

CNBC Indonesia telah menghimpun consensus dari 13 lembaga/institut terkait proyeksi BI rate yang akan diumumkan besok.

Sebanyak delapan dari 13 lembaga berekspektasi bahwa BI akan menahan suku bunga di level 5,50%. Lima institusi lainnya memproyeksi suku bunga akan dipangkas ke level 5,25%.

Sejumlah analis memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di tengah gejolak keuangan global akibat tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Perang dagang masih memanas karena Trump terus mengancam banyak negara.

Terbaru, Presiden Donald Trump pada Senin (14/7/2025) mengancam akan memberlakukan tarif sekunder terhadap mitra dagang Rusia sebesar 100%, jika Presiden Vladimir Putin tidak menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri invasi ke Ukraina dalam waktu 50 hari.


Untuk Indonesia, Trump sudah mengirim surat hasil negoisasi di mana tarif tetap dikenakan 32%, tidak berubah dibandingkan keputusan 2 April 2025.

"Langkah ini langsung memicu kembali sentimen risk-off di pasar keuangan global, yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek." Jelas Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata kepada CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, arus dana asing kembali mencatat net outflow pada pekan lalu.

Merujuk data Bank Indonesia berdasarkan transaksi sepanjang 7-10 Juli 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp7,9 triliun. Net outflow atau jual netto bahkan terjadi di semua instrument andalan Indonesia.

Jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 0,16 triliun, di pasar saham sebesar Rp 2,34 triliun dan sebesar Rp 5,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 10 Juli 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp56,24 triliun di pasar saham dan Rp35,08 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp59,27 triliun di pasar SBN.

Catatan net outflow pekan lalu memutus tren positif yang sudah berlangsung dua pekan sebelumnya. Outfow pada SBN pekan lalu juga menjadi yang pertama sejak Mei 2025 atau dua bulan.

Sementara itu, pasar saham masih suram dengan terus mencatat outflow selama empat pekan terakhir.

Josua menambahkan Bank Indonesia akan cenderung memilih sikap konservatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi selagi terus memantau situasi perdagangan global.

Meskipun begitu, ruang penurunan suka bunga sebenarnya terbuka mengingat tren apresiasi rupiah akhir-akhir ini.

Dia menambahkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% masih cukup terbuka, kemungkinan besar pada RDG September 2025 yang didasarkan pada semakin jelasnya arah kebijakan perdagangan AS, terutama dengan tenggat waktu perundingan yang jatuh pada 1 Agustus nanti.

Merujuk Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp 16.240/US$1 pada perdagangan kemarin, Senin (14/7/2025). Sepanjang bulan ini, mata uang Garuda sudah melemah 0,3%. Namun, rupiah sempat menguat tajam pada awal Juli, bahka menyentuh posisi Rp 16.180/US$1 atau terkuat sejak akhir Januari 2025.

Nada serupa disampaikan ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang. Dia memperkirakan BI akan menahan suku bunga demi menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian global.

Selain itu, net Issuance Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga masih positif yakni sekitar Rp 24,65 triliun per 11 Juli 2025. Dengan demikian, BI sedang menyerap likuiditas dari sistem perbankan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi.

"Sehingga likuiditas akan improve dengan BI-Rate yang sama. Ditambah lagi, inflasi inti Indonesia masih cukup tinggi di 2,37% per Juni 2025." Tutur Hosianna.

Sementara itu, beberapa analis memperkirakan BI akan memangkas suku bunga ke 5,25%. Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, berekspektasi BI akan memangkas suku bunga demi mendongrak pertumbuhan. Laju inflasi yang rendah serta tidak adanya resiko besar bagi rupiah untuk terdepresiasi juga memberi ruang BI untuk memotong suku bunga.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year)/yoy pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya akan tumbuh di kisaran 4,8-5,0% pada tahun ini. Pertumbuhan akan jauh di bawah target yang ditetapkan 5,2%.
Sementara itu, laju inflasi Indonesia hanya tercatat 1,87% (yoy) pada Juni 2025, masih dalam jangkauan sasaran BI di 2,5±1%.

Senada, MCS Mega Capital juga memperkirakan BI akan memangkas suku bunga karena melihat downside risk pertumbuhan ekonomi semakin besar sementara itu Rupiah tetap stabil dan kuat di Rp 16200-16300.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |