Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota holding MIND ID, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) belum berencana untuk menurunkan tingkat produksi atau target penjualan batu bara, di saat harga pasar di bawah ekspektasi.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail mengatakan saat ini sedang terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran batu bara. Harga batu bara menurun, lantaran permintaannya menurun.
"Permintaannya ini menjadi lebih menurun. Kenapa lebih menurun? Tadi karena perkembangan ekonominya. Kalau itu ada penurunan akibat Trump effect tadi, otomatis kapasitas yang digunakan oleh pabrik-pabrik yang menggunakan bahan baku batu bara atau tenaga mesin ini juga menjadi berkurang gitu ya," ujar Arsal saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Kamis (12/6/2025).
Meski demikian, PTBA tetap menjaga target produksi sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Arsal menyampaikan, pihaknya melakukan diversifikasi.
"Posisi PTBA, kami konsisten, ekspor kami tidak hanya ke China tapi juga India, kami perluasan pasar ke Vietnam, Thailand, Korea, Jepang, jadi kami diversifikasi agar produk yang kami hasilkan bisa terjual," terang Arsal.
Terkait dengan proyeksi harga batu bara ke depannya, ia mengatakan pergerakannya tidak bisa dikontrol. Arsal menyebut itu bergantung pada dinamika perang dagang yang dipicu kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
"Ketika perang dagang ini selesai, pertumbuhan ekonominya ini meningkat, otomatis harga yang kami harapkan bisa kembali lagi minimum sama dengan tahun kemarin. Kalau sekarang masih di bawah tahun kemarin," pungkasnya.
Untuk diketahui, rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi 12 persen secara tahunan dari USD 84,76 per ton pada 2023 menjadi US$74,19 per ton di 2024. Sedangkan rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 22% secara tahunan menjadi US$134,85 per ton pada 2024, dari US$172,79 per ton pada 2023.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Video: Bos Bayan Ungkap Peluang Sektor Pertambangan di Tahun Ular Kayu