4 Aksi Rahasia Mossad: Teror Senyap Israel yang Mengguncang Dunia

18 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Agen intelijen Israel, Mossad, kembali menjadi sorotan setelah serangan terbaru Israel ke Iran.

Dalam pernyataan resminya pada Jumat (13/6/2025), pemerintah Israel menyebut operasi bertajuk Rising Lion itu bertujuan untuk menghentikan upaya Iran mengembangkan senjata nuklir.

Serangan tersebut mengungkap betapa dalam dan beraninya operasi rahasia Israel di jantung Iran. Mossad, dinas intelijen Israel, disebut telah menyiapkan markas peluncuran drone kamikaze di dekat Teheran, ibu kota Iran.

Operasi ini merupakan hasil dari bertahun-tahun perencanaan matang dan pengumpulan intelijen tingkat tinggi.

Serangan tiga arah yang dilakukan Israel tersebut mencakup:

  • Senjata presisi yang ditempatkan diam-diam di dalam wilayah Iran untuk menyerang sasaran strategis secara akurat.
  • Serangan terhadap sistem pertahanan udara Iran menggunakan kendaraan yang disamarkan.
  • Peluncuran drone kamikaze dari dalam wilayah Iran sendiri, menghantam situs rudal utama yang berada di dekat Teheran.

Serangan ini tidak hanya menunjukkan kehebatan operasi intelijen Israel, tetapi juga menandai eskalasi signifikan dalam konflik bayangan antara Israel dan Iran. Langkah Mossad ini disebut banyak pihak sebagai bentuk perang teknologi tingkat tinggi yang dapat memicu ketegangan besar di kawasan dan mengancam stabilitas global.

Mossad dalam Pusaran Konflik dan Intrik Dunia

Mossad, dinas intelijen luar negeri Israel, bukan sekadar simbol kekuatan intelijen. Mossad adalah tangan gelap yang menebar teror, pembunuhan, dan sabotase lintas batas. Di balik topeng "pelindung kepentingan nasional", Mossad menjalankan operasi brutal yang kerap menjadi biang keladi konflik, memicu ketegangan global, dan mengguncang fondasi perdamaian dunia.

Mossad yang didirikan pda 1949 bertanggung jawab atas operasi rahasia, pengumpulan informasi, kontra-terorisme, dan perlindungan kepentingan nasional Israel di luar negeri. Nama lengkapnya adalah HaMossad leModi'in uleTafkidim Meyuchadim.

Berikut adalah daftar beberapa operasi Mossad yang dianggap memiliki kecacatan hukum dalam pelaksanaannya:

1. Operasi Finale: Perburuan Mossad terhadap Adolf Eichmann (1960)

Pada akhir 1959, Perdana Menteri Israel, Ben Gurion memerintahkan kepala Mossad, Isser Harel, untuk menangkap Adolf Eichmann, seorang perwira SS yang memimpin departemen Yahudi Gestapo. Eichmann merupakan salah satu arsitek utama rencana Solusi Akhir yang bertanggung jawab atas pengangkutan dan pembunuhan ratusan ribu Yahudi Eropa selama Holocaust.

Keberadaan Eichmann terlacak di Argentina. Misi ini bertujuan untuk membawa Eichmann ke Israel untuk diadili.

Penangkapan Eichmann dilaksanakan pada malam 11 Mei 1960, saat Eichmann turun dari bus umum dalam perjalanan pulang kerja. Penangkapan Adolf Eichmann di Argentina dilakukan dengan menculik Eichmann dari negara berdaulat tanpa sepengetahuan atau izin pemerintah Argentina, yang secara hukum internasional dapat dikategorikan sebagai pelanggaran kedaulatan negara lain.

Foto selebaran yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Sepah News, pada tanggal 13 Juni 2025 menunjukkan asap mengepul dari sebuah lokasi yang dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran. (AFP/-)Foto: Foto selebaran yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Sepah News, pada tanggal 13 Juni 2025 menunjukkan asap mengepul dari sebuah lokasi yang dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran. (AFP/-)
Foto selebaran yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Sepah News, pada tanggal 13 Juni 2025 menunjukkan asap mengepul dari sebuah lokasi yang dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran. (AFP/-)

Setelah sembilan hari di rumah aman, anggota tim Mossad dan Eichmann, berpakaian seperti awak pesawat, naik pesawat El Al yang disewa untuk membawa mereka kembali ke Israel (pesawat tersebut awalnya membawa delegasi Israel ke Argentina untuk menghadiri perayaan 150 tahun kemerdekaan negara tersebut).

Dua hari setelah kedatangannya di Israel, David Ben Gurion secara terbuka mengumumkan penangkapan Eichmann. Eichmann kemudian diadili di Yerusalem, dinyatakan bersalah atas 15 tuduhan, dan akhirnya dieksekusi dengan cara digantung.

2. Perjuangan Mossad Melawan Ilmuwan Nazi: Operasi Damocles (1962)

Pada Operasi Damocles, Mossad tidak hanya melakukan intimidasi, tapi juga pembunuhan terhadap ilmuwan Jerman yang membantu program rudal Mesir. Salah satu kasus menonjol adalah hilangnya dan pembunuhan Heinz Krug, yang dilakukan oleh Mossad menggunakan jasa mantan perwira SS, Otto Skorzeny.

Pada Juli 1962, Gamal Abdel Nasser, Presiden Mesir, mengumumkan bahwa militer Mesir telah melakukan empat uji coba rudal yang berhasil.

Tak lama setelah pengumuman tersebut, pejabat Israel menemukan bahwa rudal-rudal tersebut dikembangkan secara rahasia di gurun Mesir oleh tim ilmuwan Jerman, yang sama dengan yang mengembangkan rudal V1 dan V2 yang diluncurkan Nazi Jerman ke Inggris selama Perang Dunia II.

Perdana Menteri Ben Gurion memerintahkan Mossad untuk menghentikan program rudal Mesir. Mossad kemudian mencanangkan operasi Damocles

Dalam rencana Operasi Damocles, Mossad akan mengintimidasi atau mengancam para ilmuwan Jerman dan pihak yang mendanai proyek rudal tersebut agar menghentikan kerja sama mereka dengan Mesir. Mossad juga memberitahu pemerintah Jerman Barat mengenai siapa saja yang terlibat dalam program rudal tersebut. Sebagai tanggapan, pemerintah Jerman Barat menawarkan pekerjaan kepada para ilmuwan tersebut, yang sebagian besar kemudian kembali ke Jerman.

Karena upaya intimidasi tidak berhasil, Mossad memutuskan untuk menggunakan kekerasan, termasuk dalam kasus hilangnya dan pembunuhan Heinz Krug, seorang ilmuwan Jerman yang memimpin perusahaan cangkang yang membantu membiayai program rudal Mesir.

Dalam kasus ini, orang yang membunuh Krug adalah mantan perwira SS bernama Otto Skorzeny.

Operasi Damocles akhirnya berakhir setelah beberapa agen Mossad ditangkap di Swiss dan beberapa orang non-ilmuwan terluka.

3.Mossad Mencuri Pesawat Tempur: Operasi Diamond (1966)

Mossad kembali melakukan tindakan ilegal melalui operasinya. Kali ini, Mossad membujuk pilot Irak untuk membelot dan membawa pesawat tempur MIG-21 ke Israel untuk mendapatkan pesawat teknologi Uni Soviet tersebut. Dengan mencuri pesawat milik negara lain, Mossad melakukan pelanggaran hukum imigrasi dan kedaulatan negara lain.

Dekade 1960-an, ketika puncak Perang Dingin berlangsung, Banyak negara Arab yang merupakan klien Uni Soviet memiliki akses ke teknologi militer Soviet terbaru, termasuk pesawat tempur MIG-21 yang saat itu merupakan teknologi tercanggih.

Israel dan AS di kubu lawan sangat ingin mendapatkan MIG-21 untuk memahami teknologinya dan kemampuannya di medan perang. Pada tahun 1963, Mossad meluncurkan Operasi Diamond untuk mencoba memperoleh pesawat MIG-21 dengan menghubungi pilot di angkatan udara Mesir dan Irak. Namun, kedua upaya tersebut gagal.

Kemudian, pada tahun 1964, Mossad melakukan negosiasi dengan seorang pilot bernama Munir Redfa untuk menerbangkan jet MIG-21 milik Irak ke ke Israel. Sebagai imbalan, Redfa mendapat kewarganegaraan Israel untuk dirinya dan keluarganya, jumlah uang yang besar, dan pekerjaan seumur hidup.

Pada 16 Agustus 1966, Redfa berhasil meyakinkan kru darat untuk mengisi tangki bahan bakarnya hingga penuh (melanggar peraturan) dan kemudian lepas landas, terbang sejauh 900 km dari Irak ke Israel dengan pola zigzag untuk menghindari radar Irak dan Yordania.

4. Pembalasan Pembantaian Munich: Operasi Wrath of God (1972)

Pada 5-6 September 1972, 11 atlet Israel tewas dalam Olimpiade Munich akibat serangan teroris dari kelompok teroris Black September. Sebagai tanggapan, pemerintah Israel menugaskan Mossad untuk mencari orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab atas Pembantaian Munich dan membunuh mereka.

Tim Mossad, yang diberi kode nama Bayonet, menargetkan anggota terkemuka Black September, Fatah, dan Organisasi Pembebasan Palestina yang berbasis di Eropa.

Operasi Amarah Tuhan (Wrath of God) pasca tragedi Munich 1972, Mossad ditugaskan memburu dan membunuh siapapun yang diduga terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam pembantaian atlet Israel di Munich.

Eksekusi ini dilakukan tanpa proses pengadilan, dan menargetkan individu di berbagai negara, termasuk di Eropa

Operasi ini pernah menelan korban jiwa akibat salah sasaran, di mana Mossad membunuh seorang pelayan di Norwegia yang mereka kira adalah Ketua Black September, Ali Hassan Salameh.

Kejadian ini kemudian dikenal dengan nama Lillehammer Affair. Karenanya, operasi Wrath of God kemudian dihentikan pada 1973 dan dilanjutkan kembali pada 1979, ketika Mossad membunuh Salameh.

Mossad, dengan keahlian operasinya yang mendunia, memang menjadi simbol kekuatan intelijen. Namun, di sisi lain, tindakan-tindakan rahasia dan brutalnya seringkali menjadi bom waktu yang mengancam perdamaian global. Bagi banyak analis, Mossad bukan hanya penjaga keamanan Israel, tetapi juga aktor yang berkontribusi pada instabilitas dunia.

Banyak laporan HAM internasional dan investigasi jurnalis menyoroti Mossad sebagai badan intelijen yang sering mengabaikan hukum internasional, melakukan pembunuhan tanpa pengadilan (extrajudicial killings), penculikan, serta operasi yang menimbulkan korban sipil.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |