Jakarta -
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan layanan transportasi publik yang efisien, modern, dan berbasis data. Salah satu terobosan strategis yang kini tengah diakselerasi adalah penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam dua pilar utama transformasi digital yaitu sistem manajemen operasional berbasis AI dan aplikasi pelanggan TJ: Transjakarta.
Dalam ajang World AI Show yang diselenggarakan di JW Marriott Jakarta pada 9 Juli 2025, Direktur Sistem Teknologi Informasi dan Pelayanan Transjakarta, Raditya Maulana Rusdi yang akrab disapa Rama Raditya menyampaikan bahwa teknologi AI bukan hanya mendukung efisiensi sistem, tetapi juga membuka peluang nyata untuk peningkatan jumlah pelanggan secara berkelanjutan.
"Transjakarta berupaya membangun ekosistem layanan yang adaptif, berbasis data, dan berorientasi pada pelanggan. Teknologi AI menjadi salah satu enabler utama yang kami yakini dapat mendorong pertumbuhan ridership. Saat ini, pelanggan harian Transjakarta telah mencapai angka 1,4 juta, dan dengan pemanfaatan AI secara menyeluruh, kami optimistis angka ini akan terus tumbuh secara signifikan," ujar Rama dalam keterangannya, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Implementasi AI secara konkret dapat dirasakan melalui aplikasi TJ: Transjakarta, yang resmi diluncurkan pada 4 September 2024 dan kini telah diunduh lebih dari satu juta kali. Aplikasi ini memungkinkan pelanggan mengakses informasi layanan secara real-time, mulai dari estimasi waktu kedatangan bus, pelacakan armada, hingga fitur perencanaan perjalanan yang membantu memangkas waktu tunggu secara signifikan.
Aplikasi ini telah tersedia di sistem operasi iOS dan Android, menjadikannya semakin mudah diakses oleh masyarakat luas. Dengan pendekatan customer-centric, Transjakarta menempatkan pengalaman pelanggan sebagai prioritas utama dalam setiap pengembangan teknologi.
Di sisi operasional, pemanfaatan AI digunakan untuk menganalisis pola mobilitas pelanggan di setiap halte dan armada berdasarkan data historis. Hasil analisis ini menjadi dasar algoritma penjadwalan otomatis yang memastikan armada dialokasikan secara presisi sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Penjadwalan tersebut kemudian dikirimkan langsung ke unit on-board (OBU) pada setiap bus, menciptakan integrasi menyeluruh antara pusat komando dan operasional lapangan.
"Dengan penerapan AI, kami tidak lagi mengandalkan intuisi semata, tetapi mengambil keputusan berbasis prediksi dan data akurat. Pemandangan halte kosong dengan bus-bus kosong yang datang akan menjadi semakin langka. Distribusi armada akan jauh lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat," tambah Rama.
Efisiensi ini bukan hanya berdampak pada peningkatan layanan, tetapi juga pada pengelolaan anggaran publik yang lebih bertanggung jawab. Optimalisasi rute dan frekuensi operasional berkontribusi langsung terhadap pengurangan beban subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemegang saham utama Transjakarta.
"Teknologi AI membuka babak baru dalam pengelolaan transportasi publik yang berkelanjutan. Kami percaya, dengan inovasi yang konsisten dan kepemimpinan berbasis data, Transjakarta dapat menjadi model transformasi digital sektor publik, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat regional," pungkas Rama.
Simak juga Video: Menjajal Transjakarta Rute Dukuh Atas-Bekasi, Bayar Rp 3.500 Saja
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini