Terkuak! Ini Biang Kerok Penyebab Harga Beras Naik Saat Stok Tinggi

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mencatat cadangan beras di Bulog saat ini melimpah, bahkan mencapai rekor tertinggi hingga 4,2 juta ton. Namun, kondisi di lapangan justru menunjukkan hal yang kontras, yang mana harga beras di pasar tetap tinggi, bahkan melampaui batas atas Harga Eceran Tertinggi (HET) di sejumlah wilayah.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat Otong Wiranta menyoroti kondisi ini. Dalam webinar PERHEPI yang digelar Senin (14/7/2025), Otong mengatakan, tingginya harga beras terjadi bukan karena stok secara nasional kurang, tetapi karena stok gabah di lapangan sangat terbatas.

Ia juga menyebut tidak ada kondisi istimewa di tingkat petani, yang mereka inginkan hanyalah kemudahan bertani.

"Tidak ada hal yang istimewa di tingkat petani, biasa saja kami melakukan aktivitas. Petani hanya ingin melakukan kegiatan usaha yang nyaman. Nyamannya seperti apa? Airnya ada, pupuknya lancar, terus hama penyakitnya juga tidak meledak-ledak," jelas Otong, dikutip Selasa (15/7/2025).

"Pasar itu terus menyerap beras, sementara beras yang di Bulog ditahan sampai dengan 4 juta ton lebih. Sehingga yang di lapangan, padi yang sedikit pun berebut sehingga harganya merangkak naik," tambahnya.

Penyerapan Besar oleh Bulog, Pasar Kekurangan

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Pertanian yang sekaligus Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Khudori, menyebut kebijakan Bulog untuk menyerap gabah dalam jumlah besar ternyata memunculkan efek lain di ekosistem perberasan. Menurutnya, kebijakan tersebut memang menguntungkan petani, namun menimbulkan distorsi serius di pasar.

Khudori menyebut telah terjadi persaingan antara penggilingan swasta dengan Bulog, yang menyebabkan pasokan ke pasar turun drastis. Penggilingan swasta hanya kebagian sedikit stok gabah, sehingga mereka terpaksa mengatur suplai seminimal mungkin.

"Dengan Bulog wajib menyerap dalam bentuk gabah yang jumlahnya besar itu. Sebagian besar surplus produksi itu diserap oleh Bulog, sementara penggilingan swasta itu hanya kebagian sisa-sisa. Mereka (penggilingan swasta) punya stok tapi tidak banyak, dan pasokan mereka ke pasar itu sudah jauh menurun dibandingkan situasi normal. Kira-kira hanya sepertiga sekarang," ungkap Khudori dalam kesempatan yang sama.

"Dan kita semua tahu, yang diserap Bulog itu tidak segera disalurkan," sambungnya.

Ia memperkirakan kondisi ini menjadi pemicu inflasi. "Data BPS, dari sejak Januari awal tahun ini, beras sudah lima bulan menjadi penyumbang inflasi. Nah ini yang beberapa penggilingan yang sudah tidak kuat, nanggung kerugian dan berhenti berproduksi karena memang terlampau HET (harga berasnya)," lanjut dia.

"Sebetulnya tugas pemerintah kan bukan hanya memastikan stok, tapi juga mengendalikan harga. Nah, ketika stok itu hanya ditahan dan ditumpuk saja untuk memecahkan rekor, inilah yang terjadi," tukasnya.

Bahkan, kata Khudori, penggilingan besar pun ikut terdampak. "Ini bukan hanya penggilingan skala kecil, penggilingan menengah, penggilingan besar juga. Nah saya kira kalau tidak ada kebijakan yang segera dalam bentuk koreksi, ini akan terus banyak ya dampak yang menyusul," terang Khudori.

Harga Beras Naik, Inflasi Ikut Naik

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan bahwa beras masih menjadi penyumbang inflasi.

"Kalau dilihat komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada Juni 2025, terlihat bahwa beras memberikan andil sebesar 0,04% terhadap inflasi umum di bulan Juni 2025," kata Pudji dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta.

Pudji memaparkan, harga beras di pasar terus mengalami kenaikan. Di zona 1, harga naik 1,52% hingga minggu ke-2 Juli. Di zona 2, naik 0,90% dan sebagian daerah sudah berada di atas harga eceran tertinggi (HET). Bahkan, di Kabupaten Mahakam Ulu, harga beras tembus Rp19.129 per kilogram (kg).

Sementara itu, harga beras di zona 3 juga berada di atas HET, meskipun turun tipis 0,03% sampai minggu ke-2 Juli.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Stok Beras RI Tertinggi 57 Tahun, Harganya Aman Nggak?

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |