Syarat Indonesia Emas 2045 Tercapai: Guru Harus Naik Level

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Visi Indonesia Emas 2045 dinilai tak mungkin tercapai tanpa pemerataan pendidikan yang berkualitas. 

Dalam forum diskusi bertajuk "Pendidikan Indonesia: Menuju Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?" yang diinisiasi oleh Putera Sampoerna Foundation (PSF) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, para pemangku kepentingan menyoroti tantangan dan peluang pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan.

Head of Program Development PSF, Juliana menegaskan, literasi digital guru menjadi kunci penting. Meski kesadaran terhadap teknologi meningkat pasca pandemi, masih banyak guru yang memanfaatkan perangkat digital sekadar sebagai alat bantu, bukan sebagai sarana pembelajaran kritis dan kolaboratif.

Menurut Juliana, ada tiga pekerjaan rumah utama bagi para pendidik jika ingin memanfaatkan teknologi secara optimal. Menurutnya mereka perlu meningkatkan literasi digital, mampu berinteraksi digital secara kritis, dan mengarahkan siswa agar aktif berdiskusi menggunakan teknologi.

"Guru harus naik level dari pengguna alat ke pencipta konten. Harus bisa mendorong siswa untuk berpikir kritis, bukan sekadar menyerap informasi," ujarnya dalam diskusi dengan para guru di Kemendikdasmen, Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI telah mengeluarkan kebijakan percepatan digitalisasi. Direktur Sekolah Menengah Pertama Kemendikdasmen RI, Maulani Mega Hapsari mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan digitalisasi pembelajaran secara masif melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025. Program ini, kata ia, mencakup distribusi perangkat dan konten interaktif ke lebih dari 330 ribu satuan pendidikan di berbagai jenjang.

"Digitalisasi bukan hanya soal kirim alat. Kita juga siapkan konten, pendampingan teknis, dan pelatihan guru agar pembelajaran berjalan efektif," kata Mega.

Selain memperkuat teknologi di sekolah, pemerintah juga menyoroti pentingnya peran keluarga dalam edukasi digital. "Anak pertama kali pegang gadget itu bukan di sekolah, tapi di rumah. Jadi orang tua juga perlu paham cara membimbing anaknya bermedia digital secara bijak," ujarnya.

Mega juga menyoroti pentingnya literasi etis dalam penggunaan gawai. Ia mencontohkan hal sederhana seperti meletakkan ponsel saat makan bersama keluarga sebagai bagian dari pembelajaran karakter.

Dalam diskusi yang sama, animator sekaligus sutradara film Jumbo, Ryan Ardiandhy berbagi pengalamannya memimpin ratusan kreator lintas bidang. Ia menekankan setiap individu memiliki cara belajar dan kekuatan yang berbeda, dan pendidikan masa depan harus bisa menyesuaikan diri.

"Kita menuju generasi Indonesia emas, bukan generasi sintetis. AI bisa bantu, tapi makna dan kreativitas tetap harus dari manusia," ujar Ryan.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |