Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) hingga saat ini belum bisa mencapai target produksi minyak dan gas bumi (migas). Hal itu dikarenakan perusahaan menghadapi berbagai tantangan operasional dalam memproduksi migas di Blok Rokan, Riau.
Direktur Utama PHR Ruby Mulyawan mengatakan, pihaknya menghadapi sejumlah permasalahan, terutama karena faktor cuaca yang berakibat pada kondisi banjir hingga tertutupnya akses jalan di sekitar area operasional migas.
"Masalah-masalah yang muncul di PHR saat ini terkait bagian besar disebabkan oleh cuaca. Di daerah sana itu memang curah hujan dan petir cukup tinggi dan di mana petir ini menyebabkan banyak gangguan, seperti gangguan kelistrikan. Kemudian juga cuaca ini menyebabkan masalah banjir, sehingga akses lahan, kemudian juga akses terhadap sumur yang perlu diservis," jelas Ruby kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (10/6/2026).
Kendati demikian, Ruby menegaskan pihaknya akan terus mengejar produksi agar mencapai target yang telah ditetapkan. Untuk mengatasi masalah banjir tersebut, menurutnya pihaknya sudah melakukan sejumlah perbaikan, seperti perbaikan kanal, tanggul, dan akses jalan. Pihaknya juga mencoba beberapa inisiatif, seperti mencoba melakukan kontrak untuk modifikasi cuaca.
Namun, dia mengakui, sampai sejauh ini kendala-kendala tersebut masih belum selesai. Akibatnya, produksi migas perusahaan masih di bawah target yang sudah dicanangkan.
Guna mengejar peningkatan produksi, menurutnya pihaknya juga melakukan sejumlah upaya lainnya, antara lain melakukan pengeboran sumur infill, atau sumur pengembangan atau workover well.
"Itu diharapkan bisa menutup gap yang ada. Kemudian, kami terus berupaya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan teknologi yang baru seperti saat ini fokus di beberapa pekerjaan atau project water flood," ujarnya.
Dia menjelaskan, di PHR saat ini ada 93 lapangan, di mana injeksi air ke dalam reservoir atau water flood baru diimplementasikan di 18 lapangan, sehingga masih banyak kesempatan ataupun peluang untuk menerapkan water flood tersebut.
Selain itu, pihaknya juga terus mengembangkan proyek injeksi uap atau steam flood di daerah Duri. Pada Februari 2025 lalu, menurutnya PHR sudah menyelesaikan ataupun menginjeksikan sumur pertama steam flood di North Duri area 14.
"Itu bagian dari stage 1 di mana selanjutnya akan dilakukan pengembangan lanjutan stage 2 dan seterusnya," imbuhnya.
Selain itu, PHR juga mencoba untuk terus melakukan pengembangan injeksi kimia atau chemical EOR. Tahun ini pihaknya sudah melakukan pilot implementasi simple surfactant di 3 patent dengan hasil yang cukup menggembirakan. Kemudian, akan dilanjutkan untuk alkaline surfactant polymer di area A yang rencananya akan mulai injek di akhir Desember tahun ini.
Dilanjutkan juga dengan polymer injection di area D lapangan Minas juga diharapkan tahun ini dan selanjutnya mengembangkan area-area yang lebih besar.
Kemudian, pihaknya juga melakukan beberapa inisiatif seperti unconventional, migas non konvensional (MNK) yang fokus pada low quality reservoir melalui implementasi sumur horizontal dan multistage fracturing.
"Inisiatif-inisiatif ini terus dilakukan untuk mencari peluang-peluang perbaikan kinerja dengan strong engineering approach tentunya. Kemudian juga dengan fokus dan upaya-upaya bersama dari semua fungsi yang ada di organisasi atau perusahaan," tandasnya.
Perlu diketahui, Blok Rokan merupakan penghasil minyak terbesar dari satu blok migas di Tanah Air. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi minyak di Blok Rokan pada 2024 tercatat rata-rata mencapai 158.167 barel per hari (bph).
Produksi minyak dari Blok Rokan ini mencapai sekitar 26% dari produksi minyak nasional. Pada 2025, pemerintah menargetkan produksi minyak nasional bisa mencapai 605.000 barel per hari (bph).
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Genjot Produksi Migas 2025, PHR Bor 5 Sumur-Pakai Teknologi EOR
Next Article Produsen Minyak Terbesar RI Ini Hasilkan 27% Produksi Nasional