Petaka Tarif Trump, Harga Burger Bakal Naik Gila-gilaan

7 hours ago 5

Jakarta, CNCB Indonesia - Rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 50% atas barang-barang dari Brasil yang masuk ke AS berpotensi menaikkan harga daging sapi yang digunakan pada burger di AS.

Para pedagang mengatakan produsen makanan bergantung pada impor untuk bahan-bahan makanan di tengah penurunan produksi dalam negeri. 

Tarif tinggi Trump juga bisa mendatangkan pukulan bagi perusahaan daging AS yang menghadapi tantangan dalam pasokan ternak. Pasalnya, AS sudah memberhentikan impor ternak dari Meksiko akibat serangan hama ulat ulir.

Dengan tarif tinggi terbaru ke barang impor Brasil, analis memprediksi perusahaan AS akan mencari pasokan dari negara lain.

"Jika tidak diubah, impor daging Brasil akan berhenti mengalir ke AS," kata Bob Chudy, konsultan untuk perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor daging sapi, dikutip dari Reuters, Sabtu (12/7/2025).

Harga daging sapi AS melonjak ke rekor tertinggi tahun ini dan produksinya diproyeksikan turun 2%, setelah para peternak mengurangi jumlah ternak sapi nasional ke jumlah terkecil dalam lebih dari tujuh dekade.

Kekeringan yang berlangsung bertahun-tahun mengeringkan lahan penggembalaan, sehingga terlalu mahal bagi banyak peternak untuk memberi makan ternak mereka.

Produsen makanan telah meningkatkan impor sebagai respons. Impor daging sapi AS dari Brasil selama 5 bulan pertama tahun ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, menjadi 175.063 metrik ton, menurut data terbaru pemerintah AS. Angka tersebut mencakup 21% dari total impor AS.

Bea masuk sebesar 50% yang dimulai pada 1 Agustus 2025 akan menaikkan tarif daging sapi Brasil menjadi sekitar 76% untuk sisa tahun ini, kata para analis peternakan.

"Perdagangan saat ini benar-benar membeku," kata Chudy tentang proposal tersebut. "Kami tidak tahu harus berbuat apa sebagai komunitas impor," ia menambahkan.

Trump telah menunjukkan bahwa AS dapat memberlakukan tarif yang menyeimbangkan persaingan bagi pekerja dan petani AS sekaligus menurunkan biaya, kata juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly.

Namun, konsumen AS juga menghadapi kenaikan harga yang tajam untuk bahan pokok termasuk kopi dan jus jeruk, kata para pedagang.

AS adalah mitra dagang terbesar kedua Brasil setelah China, dan tarif tersebut merupakan peningkatan besar dari bea masuk 10% yang diumumkan Trump pada April lalu. Tarif 10% tersebut sudah mulai memperlambat impor daging sapi AS dari Brasil pada Juni, kata para pedagang.

Perusahaan-perusahaan AS mengimpor daging sapi tanpa lemak dari Brasil dan negara-negara lain untuk dicampur dengan pasokan domestik guna membuat daging burger. Konsumen telah menunjukkan bahwa mereka umumnya bersedia membayar harga tinggi untuk daging, meskipun tarif tersebut akan menjadi ujian baru bagi permintaan mereka.

"Tarif ini kemungkinan akan menaikkan harga daging sapi, makanan pokok bagi banyak orang, setelah Kongres memberikan suara untuk mengurangi bantuan pangan bagi konsumen yang paling rentan," kata Thomas Gremillion, direktur kebijakan pangan di Federasi Konsumen Amerika.

Tarif tersebut memaksa importir untuk membayar lebih untuk daging sapi Brasil atau mendapatkannya dari pemasok lain yang berbiaya lebih tinggi, kata Austin Schroeder, analis komoditas untuk Brugler Marketing & Management.

Para importir mungkin akan mencoba meningkatkan pembelian dari Australia, Argentina, Paraguay, dan Uruguay, kata para analis.

"Harga yang lebih tinggi diperlukan untuk membatasi ketersediaan," kata Altin Kalo, kepala ekonom di Steiner Consulting Group.

Di seluruh negeri, restoran bergantung pada pasokan barang impor yang stabil yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, kata Sean Kennedy, wakil presiden eksekutif Asosiasi Restoran Nasional.

"Kenaikan tarif yang drastis dapat memengaruhi perencanaan menu dan biaya makanan bagi restoran karena mereka berupaya mencari pemasok baru," ujarnya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Resistensi Bisnis Wewangian di Tengah Pelemahan Daya Beli

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |