Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor termasuk Indonesia ternyata sudah berdampak luas terhadap produk RI. Pengusaha baja mengungkapkan, dalam tiga bulan terakhir produk ekspornya cukup tertahan ke pasar AS.
"Kalau Amerika sekarang kita hindari. Kadang-kadang tidak stabil. Kita nggak tahu hari ini (tarifnya) bisa 25 persen, besok bisa 50 persen. Siapa yang tahu. Jadi saya belum berani. Tapi sebenarnya Amerika itu market yang cukup besar," kata Presiden Direktur CT Advance Technology Henry Leo di Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Pemerintah AS disebut menuding produk baja Indonesia merupakan produksi China dan masuk ke pasar AS lewat Indonesia atau transhipment, padahal perusahaan memproduksinya dari pabrik yang berada di Cilegon, Banten.
"Jadi kita udah ada ekspor, kita udah cukup regular ekspor ke mereka (AS) dengan produk kita. Dari 3 bulan lalu kita kena distop oleh mereka. Mereka klaim kita adalah barang transhipment, padahal kita bikin di Indonesia," sebut Henry.
Pihaknya bukan tidak bisa masuk ke pasar AS, kalaupun bisa kerap dipersulit. Hal itu membuat perusahaan perlu berputar otak untuk mencari pasar baru.
Pengusaha lokal mulai melihat pasar lain di negara lain, misalnya Eropa hingga tetangga dari AS yakni Kanada, tidak ketinggalan pasar terdekat dari Indonesia, termasuk untuk produk barunya yakni pipa migas untuk laut atau offshore seperti Austenitic, Duplex, Super Duplex, dan 6Mo dengan bahan anti korosi.
"Rencana ini nanti kita akan ekspor ke South East Asia, setelah lokal, South East Asia. Eropa nanti kita akan (ekspor), kita juga akan ke sana. Dan termasuk Kanada," sebut Henry.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Minta Pemerintah Perhatikan Industri Baja Nasional
Next Article Video: Mendag Lepas Ekspor Baja ke New Zealand Senilai USD 1,5 Juta