Pedagang Teriak, Harga Kelapa Parut Susah Turun-Rebutan Sama Eksportir

17 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kelapa parut di pasaran belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan. Berdasarkan pantauan langsung CNBC Indonesia di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025), harga per butir kini stabil tinggi di kisaran Rp15.000 hingga Rp18.000, tergantung ukuran.

Para pedagang mengeluhkan kondisi ini yang sudah berlangsung cukup lama. Biang keroknya masih sama, yakni karena ekspor besar-besaran ke luar negeri, terutama ke China.

"Iya, karena ekspor masih terus berjalan. Kita di sana masih perebutan sama yang buat ekspor," ujar Marni (nama samaran), pedagang kelapa di Pasar Rumput yang mengaku sejak beberapa bulan lalu terus berjibaku dengan pasokan terbatas dan harga tinggi.

Menurut Marni, sejak kelapa naik, harga di tingkat pengepul juga ikut melonjak. "Kelapa ini sekarang pas dia masih di atas mobil saja udah Rp11.000 per butir, belum jasa angkutnya, belum bayar karyawan, belum bayar air dan listrik. Jadi ya paling untung cuma Rp2.000 per butir," ujarnya.

Meski demikian, dia mengaku permintaan dari konsumen masih tetap tinggi, apalagi saat momen seperti Idul Adha kemarin. "Idul Adha kemarin pasti ramai. Hari-hari biasa juga tetap ramai, karena masyarakat memang butuh ya. Mereka walaupun tahu mahal tetap beli. Jadi kalau toko saya sih tetap ramai," kata Marni.

Ia menyebut, kelangkaan dan mahalnya harga kelapa sempat membuat pembeli bertanya-tanya. Namun sekarang, sebagian sudah mulai memahami setelah diberi penjelasan.

"Saya tempelin screenshot (tangkapan layar) dari berita Pak Zulhas (Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan), biar mereka paham. Kalau kondisinya memang dari sananya yang langka dan jadi mahal," ucap dia.

Pantauan harga kelapa di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Pantauan harga kelapa di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Pantauan harga kelapa di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Adapun saat ditanya apakah ada kemungkinan harga turun, Marni mengaku pesimistis terjadi dalam waktu dekat.

"Katanya mereka yang di Lampung sudah teken kontrak ekspor sampai September. Jadi kemungkinan besar tetap akan kirim kelapa ke luar negeri," katanya.

"Tapi saya perhatiin, kalau menjelang Lebaran, mau itu Idul Fitri atau Idul Adha ya, ekspor biasanya disetop dulu. Minta berapa saja dikasih, tapi habis Lebaran kayak sekarang nih dibatasi lagi. Sekarang saya minta 150 cuma dikasih 100. Katanya, 'udah lah bagi-bagi sama yang lain'," imbuh Marni.

Lonjakan harga ini juga dirasakan oleh pedagang lain. Ali (nama samaran), yang juga berjualan kelapa di pasar yang sama, mengeluhkan kondisi yang belum berubah.

"Masih sama kayak kemarin. Saya jual Rp15.000 sampai Rp18.000 per butir. Kalau ekspornya belum diatur, ya kelapa dalam negeri masih akan terus mahal. Kami masih berebut sama yang buat ekspor. Semoga pemerintah nggak cuma janji doang, cepat diatur ekspornya. Kasihan masyarakat, semuanya serba mahal," ujar Ali.

Tak cuma pedagang, pemilik rumah makan juga merasakan dampaknya. Leti, salah satu pemilik rumah makan, mengaku tak bisa menghindar dari tingginya harga kelapa.

"Ya gimana? Mahal atau murah tetap harus beli, orang butuh kok," katanya.

"Nggak mungkin dikurangi takarannya, nanti rasanya berubah. Jadi ya modal naik dua kali lipat, untungnya jadi kecil," sambung Leti.

Leti pun berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata, untuk mengatasi persoalan langka dan mahalnya harga kelapa di dalam negeri saat ini.

"Kalau memang karena ekspor, ya tolong dong diatur ekspornya. Jangan sampai rakyat kecil kayak kita yang kena dampaknya terus," ujarnya.

Senada dengan Leti, salah seorang pemilik rumah makan Padang, Aro menyebut kondisi ini membuat pengusaha kuliner serba salah.

"Saya dengar (kelapa mahal) karena diekspor jadi mahal. Kalau ditanya gimana? Bingung juga, karena mau nggak mau tetap harus beli. Masakan Padang tanpa santan ya bukan masakan Padang," kata Aro.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasokan Kelapa Turun, Pemerintah Siapkan Pungutan Ekspor

Next Article Bukan Lebaran, Pedagang Tunjuk Biang Kerok Harga Kelapa Meroket

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |