Parade IPO Jumbo Siap Dimulai, IHSG Siap Ketiban Berkah!

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki Juli 2025, akan ada delapan emiten yang segera launching di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadwalnya listing perdana pun berdempetan mulai 8,9,10 Juli.

Parade IPO ini pun jadi salah satu momentum yang diyakini bisa menggerakan pasar saham RI, karena akan menarik minat pelaku pasar untuk menaruh mendapatkan sejumlah saham tersebut.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo menuturkan "Selama saham yang IPO fundamentalnya kuat, prospeknya menarik serta valuasi di masa yang akan datang mengalami kenaikkan, kami melihat IPO ini akan menggerakan pasar untuk bisa masuk berinvestasi di dalam saham tersebut"

Nico juga menambahkan "Apalagi sudah cukup lama, kita menantikan beberapa saham yang memang menarik dan layak untuk melantai sehingga rasanya IPO jumbo tersebut menjadi oase ditengah gersangnya IPO yang ada saat ini"

Memang setelah sebulan lebih absen, saham IPO mulai muncul lagi dan menjadi peluang menarik, terlebih Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sepanjang Juni lalu mengalami koreksi yang membuat gairah pasar turun.

Jadi, delapan emiten bisa menjadi sorotan yang menyedot likuiditas pasar, melansir data Prospektus tanggal penawaran umumnya dari deretan emiten itu juga berbarengan mulai dari 2 Juli dan tanggal listingnya pun dominan sama dan berdekatan. Bisa dilihat dalam tabel berikut :

Kami menghitung dari rencana IPO delapan emiten itu, secara kolektif memiliki total kapitalisasi pasar awal sekitar Rp29,62 triliun.

Jumlah ini sebenarnya masih sangat kecil jika dibandingkan dengan total kapitalisasi pasar IHSG per Selasa hari ini (1/7/2025) yang mencapai Rp12.190 kuadriliun, sehingga kontribusinya terhadap IHSG hanya sekitar 0,00024%.

Namun, dalam skenario optimistis di mana seluruh saham IPO tersebut mengalami Auto Rejection Atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut, nilai kapitalisasi pasarnya akan melonjak drastis.

Dengan kenaikan harga yang bersifat compounding, total market cap gabungan kedelapan emiten ini bisa meningkat lebih dari Rp41 triliun, menjadikan total nilai mereka sekitar Rp70,75 triliun. Dalam skenario ini, kontribusinya terhadap IHSG meningkat menjadi sekitar 0,34%, masih relatif kecil, namun menunjukkan potensi dampak jika saham-saham tersebut mengalami lonjakan harga ekstrem dalam waktu singkat.

Perlu dicatat bahwa batas ARA yang berlaku di Bursa Efek Indonesia tidak seragam untuk semua saham. ARA ditentukan berdasarkan harga saham sebagai berikut:

  • Untuk saham dengan harga di bawah Rp200, batas ARA adalah 35%.

  • Untuk harga saham Rp200 hingga di bawah Rp5.000, ARA dibatasi sebesar 25%.

  • Sementara saham dengan harga Rp5.000 ke atas, ARA maksimal hanya 20%.

Dalam konteks ini, saham seperti CDIA dan COIN yang berada di harga rendah memiliki ruang ARA yang lebih lebar (hingga 35%) dan memberikan kontribusi kenaikan market cap yang signifikan jika dibandingkan dengan saham-saham lain. CDIA bahkan menyumbang lebih dari 80% dari total akumulasi kapitalisasi jika berhasil 3 hari ARA, menunjukkan besarnya skala saham ini dibanding emiten IPO lainnya

Berikut perhitungan lebih rinci untuk simulasi jika berhasil 3 hari ARA terhadap kenaikan market cap saham IPO :

Perlu dipahami juga, simulasi ini dibuat dengan asumsi bahwa seluruh saham IPO mengalami kenaikan maksimal (Auto Rejection Atas/ARA) selama tiga hari berturut-turut, yang tentu saja bersifat hipotetis.

Dalam praktiknya, pergerakan harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sentimen pasar, fundamental perusahaan, likuiditas, hingga kondisi ekonomi makro. Tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa saham justru mengalami koreksi sebelum mencapai tiga kali ARA, atau sebaliknya, melanjutkan tren naik melebihi tiga hari.

Karena itu, penting untuk diingat bahwa volatilitas pasar sangat tinggi dan tidak dapat diprediksi dengan pasti, sehingga setiap keputusan investasi tetap harus dilakukan dengan pertimbangan risiko dan riset yang matang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |