Jakarta, CNBC Indonesia - Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan soal pembentukan inti planet Mars. Berbeda dari Bumi, inti Mars ternyata terbentuk jauh lebih cepat, hanya dalam beberapa juta tahun setelah tata surya lahir, bukan miliaran tahun seperti Bumi.
Riset ini telah dipublikasikan pada 4 April di jurnal Nature Communications.
Hasil eksperimen di NASA mengindikasikan bahwa inti Mars terbentuk karena lelehan besi dan nikel sulfida yang merembes melalui celah-celah batuan padat, langsung menuju pusat planet tersebut. Proses ini terjadi bahkan sebelum panas dari peluruhan radioaktif sempat mencairkan bagian dalam planet sepenuhnya.
Dalam dunia ilmu planet, struktur planet yang berlapis, mulai dari kerak, mantel, hingga inti, dikenal dengan istilah differentiation.
Elemen berat seperti besi dan nikel biasanya tenggelam ke pusat planet, sementara elemen ringan tetap di permukaan.
Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa proses tersebut hanya bisa terjadi jika interior planet sudah mencair akibat panas dari peluruhan isotop radioaktif seperti aluminium-26. Inilah yang diyakini membentuk inti Bumi dalam waktu miliaran tahun.
Namun, meteorit Mars menunjukkan bukti isotop yang menunjukkan bahwa inti Mars terbentuk jauh lebih cepat dalam hitungan beberapa juta tahun saja.
Hal ini sempat membingungkan model pembentukan tata surya, hingga akhirnya tim ilmuwan dari NASA Johnson Space Center menemukan jawabannya.
Tim NASA dari Divisi Astromaterials Research and Exploration Science (ARES) akhirnya melakukan eksperimen suhu tinggi. Mereka memanaskan sampel batuan kaya sulfur lebih dari 1.020°C. Suhu ini cukup untuk melelehkan sulfida, tapi tidak batu silikat.
Lewat pencitraan 3D di laboratorium tomografi X-ray, mereka melihat lelehan sulfida merembes melalui celah antar mineral. Ini menunjukkan bahwa lelehan logam berat dapat mencapai inti planet bahkan saat batuan masih padat.
Untuk memastikan, tim juga meneliti meteorit Mars dan menemukan pola kimia khas dari logam-logam kelompok platinum seperti iridium, osmium, palladium, platinum, dan ruthenium, yang tertinggal sebagai residu akibat perembesan sulfida cair di masa lalu.
Metode identifikasi tanpa merusak sampel dikembangkan oleh ilmuwan ARES, Jake Setera, menggunakan teknik laser ablation khusus. Hasilnya menguatkan hipotesis bahwa perembesan sulfida memang terjadi di tubuh planet awal.
Model ini bukan hanya menjelaskan pembentukan Mars, tapi juga berlaku bagi benda-benda besar lain yang terbentuk di wilayah tengah cakram protoplanet tempat Mars berasal. Penemuan ini bahkan memprediksi bahwa inti Mars kemungkinan besar kaya akan sulfur.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: