Jakarta -
Blok M dikenal sebagai kawasan 'kalcer' (bahasa slang untuk culture atau budaya, yang merujuk tren bagi anak muda) di Jakarta Selatan bagi sebagian besar anak muda. Di kawasan ini, anak muda biasanya berburu kuliner viral dari TikTok, berpose di photobox, hingga duduk-duduk santai di Taman Literasi Martha Tiahahu.
Namun, Blok M kini tak lagi sekadar 'kalcer'. Kawasan ini disiapkan sebagai ikon kota yang menghubungkan budaya, komunitas, dan konektivitas regional di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya, lewat penyelenggaraan ASEAN Fest 2025 beberapa waktu lalu.
Festival ini bukan hanya ajang hiburan, tapi juga ruang interaksi budaya yang mempererat konektivitas kawasan sekaligus membuka wawasan masyarakat tentang keberagaman dan kerja sama antarbangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajah baru Blok M langsung disambut antusias oleh masyarakat, baik penduduk Jakarta maupun daerah penyangga. Fatah Rizqi, warga Bekasi, Jawa Barat, mengaku terkesan dengan revitalisasi Blok M yang kini jauh lebih rapi. Sebagai lulusan jurusan Hubungan Internasional, ia menyebut daerah ini berpotensi jadi kiblat perekonomian hingga konektivitas di kawasan ASEAN.
"Revitalisasinya rapi tanpa mengurangi kesan Blok M yang bernuansa vintage, tapi juga modern. Terus, kayaknya bisa jadi role model di kawasan ASEAN lainnya," kata Fatah.
Ia kerap mengunjungi Blok M sepulang kerja. Bukan untuk cari kuliner atau belanja, pria 26 tahun ini justru mencari hormon endorfin dengan berolahraga di sekitar kawasan tersebut.
"Biasanya saya datang ke taman (Taman Literasi) untuk sekadar jogging sekitar jam 7 malam sehabis pulang kantor," ujarnya.
Fatah mengatakan, akses transportasi publik yang terjangkau dan banyak pilihan membuatnya kerap mengunjungi Blok M.
"Apalagi sekarang juga aksesibilitasnya lancar dengan adanya MRT dan Transjakarta ke berbagai rute," sambungnya.
Tak jauh beda, Nafilah Sri Sagita, warga Sukabumi, kerap mengunjungi kawasan Blok M sekadar untuk nongkrong atau baca buku di area taman. Nafilah menilai, saat ini Blok M lebih ramah pejalan kaki dibandingkan beberapa bulan lalu.
"Kalau ngebandingin Blok M sekarang dengan beberapa bulan lalu, yang paling terasa itu jadi lebih ramah pejalan kaki. Terlebih, karena sering crowded, kadang untuk jalan saja dulu susah banget dan harus antre sama yang lain. Sekarang sepenuh apapun bisa lebih lega jalannya," urai Nafilah.
Bekerja sebagai karyawan swasta dan berkantor di Jakarta Selatan, Nafilah mengaku menggunakan transportasi umum TransJakarta koridor 13 untuk menuju ke Blok M. Selain fasilitas umumnya, ia turut memuji kawasan kuliner yang lebih variatif.
"Akses ke jajanan dan makanan juga lebih tertata dan variatif. Jadi, bikin pengunjung makin nyaman," imbuhnya.
Nafilah berharap, kawasan Blok M bisa menjadi daerah yang semakin dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya anak-anak muda, untuk melakukan berbagai kegiatan positif. Apalagi, Blok M juga disebut sebagai kawasan sentra ASEAN.
"Misalnya, bikin acara komunitas, charity (amal), pameran, dan hiburan. Itu juga bisa mendongkrak (pertumbuhan) ekonomi," ujar Nafilah.
Jakarta menggelar pesta rakyat untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jakarta ke-498 di Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (24/5/2025). Foto: Pradita Utama
Baru-baru ini, Pemprov DKI Jakarta meluncurkan Blok M Hub. Transformasi ini mengusung tema ''Energetic Spaces, Connecting Lives" yang menjadi bagian penguatan Blok M sebagai salah satu sentra ASEAN.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengatakan di acara Pencanangan HUT ke-498 Kota Jakarta pada Mei lalu, Blok M Hub merupakan terminal terpadu yang mengedepankan konsep revitalisasi kawasan urban dan konektivitas ASEAN.
"Kawasan Blok M diharapkan bisa menjadi wajah baru Jakarta yang mewujudkan semangat kota global, dengan menampilkan kekayaan budaya dan produk unggulan dari negara-negara ASEAN," ujar Pramono.
Blok M sebagai kawasan Transit-Oriented Development (TOD) diharapkan dapat menjadi salah satu pusat interkoneksi antarmoda, ruang publik yang nyaman dengan aksesibilitas bagi pejalan kaki, sehingga menjadikan Jakarta lebih inklusif dan modern. Hal ini tercermin dari pembangunan trotoar sepanjang 1,3 km dan saluran di Jalan Falatehan.
Pramono juga menggalakkan proses penataan di kawasan Blok M ASEAN yang memprioritaskan akses bagi penyandang disabilitas. Ia menilai, setiap akses fasilitas umum di Jakarta harus menciptakan suasana yang inklusif dan nyaman bagi semua kalangan.
"Fasilitas apapun harus lebih ramah disabilitas. Maka, untuk pekerjaan seperti ini, kami pasti memikirkan kebutuhan penyandang disabilitas, termasuk dengan membuat pedestrian yang dilengkapi marka guna memudahkan akses mereka," jelas Pramono.
Upaya Pemprov DKI merevitalisasi Blok M menuai pujian dari Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN, H.E. Nararya Sanggramawijaya Soeprapto. Dalam sambutannya di acara Pencanangan HUT ke-498 Kota Jakarta, ia mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi lebih lanjut dengan agenda tahunan Provinsi DKI Jakarta.
"Sekretariat ASEAN ingin memberikan apresiasi tinggi kepada Gubernur Jakarta yang baru, Pramono Anung, atas dukungannya yang sangat kuat untuk mempromosikan ASEAN secara berkelanjutan. Kami sangat senang jika nuansa ASEAN menjadi bagian dari pembangunan berorientasi transit Blok M," ujar Nararya.
Apresiasi turut disampaikan pakar tata kota, Yayat Supriyatna. Menurutnya, kawasan seperti Blok M yang sudah direvitalisasi memberikan banyak manfaat, khususnya di bidang konektivitas.
"Dengan fasilitas TransJakarta yang ke Jabodetabek, itu sudah bagus sekali. Jangkauannya luas, tarifnya murah," jelas Yayat.
Meski begitu, ia juga menggarisbawahi Blok M sebagai kawasan TOD. Yayat mengatakan, kawasan Blok M seharusnya bisa dikembangkan lebih dari sekadar tempat wisata kuliner atau belanja.
"Kalau Blok M itu mau jadi TOD, ya kembangkanlah. Bukan sekadar menghidupkan Blok M-nya. Tapi, Blok M secara perencanaan untuk menjadi TOD juga harus matang," pesannya.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini