Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan fast moving consumer goods (FMCG), Procter & Gambler (P&G), memutuskan untuk merumahkan 7.000 pekerjaan, atau sekitar 6%, dari total tenaga kerjanya selama 2 tahun ke depan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari rencana restrukturisasi baru untuk mengatasi lemahnya permintaan konsumen dan ketidakpastian tarif.
Dalam pengumumannya, Kamis (6/5/2025), P&G menyebutkan bahwa ini dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan iklim bisnis yang ada. Mereka sebelumnya mengatakan pemutusan hubungan kerja tersebut akan berdampak sekitar 15% dari tenaga kerja non-manufakturnya.
"Ini bukan pendekatan baru, melainkan percepatan yang disengaja dari strategi saat ini...untuk menang dalam lingkungan yang semakin menantang tempat kita bersaing," kata para eksekutif P&G dikutip Reuters.
Diketahui, tarif besar-besaran yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap China mengguncang pasar global dan menimbulkan kekhawatiran resesi di AS, pasar terbesar bagi P&G. Apalagi, P&G mengimpor bahan baku, bahan pengemasan, dan beberapa produk jadi ke AS dari China.
CFO P&G Andre Schulten dan Kepala Operasi P&G Shailesh Jejurikar mengakui bahwa lingkungan geopolitik saat ini tidak dapat diprediksi. Mereka menyebutkan juga bahwa perusahaan barang konsumen terbesar di dunia itu juga berencana untuk keluar dari beberapa kategori produk dan merek di pasar tertentu.
"Rencana restrukturisasi tersebut akan membantu menyederhanakan struktur organisasi dengan memperluas peran dan memperkecil tim," tambahnya.
Rencana restrukturisasi dua tahun P&G itu muncul ketika belanja konsumen diperkirakan akan tetap tertekan tahun ini. Produsen barang konsumen global termasuk P&G dan Unilever untuk bersiap menghadapi pukulan lebih lanjut terhadap permintaan dari harga yang lebih tinggi.
Perang dagang Trump telah merugikan perusahaan lebih dari US$ 34 miliar (Rp 552 triliun) dalam bentuk kehilangan penjualan dan biaya yang lebih tinggi, menurut analisis Reuters. Jumlah yang diperkirakan akan terus meningkat.
(tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI - Australia Terancam Resesi
Next Article Jadi Pilihan Konsumen, 5 Brand FMCG Ini Raih EPIC Awards