Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang di seluruh dunia secara umum mengalami tekanan sepanjang tahun ini. Kendati dolar Amerika Serikat (AS) melemah dibandingkan sejumlah mata uang banyak negara tetapi mata uang "Uncle Sam" ini tetap masih terlalu tangguh bagi mata uang negara lainnya.
Dilansir dariRefinitiv, indeks dolar (DXY) pada perdagangan kemarin, Rabu (18/6/2025) ditutup di posisi 98,90. Artinya, indeks dolar sudah turun 11,22% sepanjang tahun.
Indeks bahkan sempat menyentuh level terendahnya di tahun ini di level 97,92 pada tanggal 12 Juni 2025. Namun, dolar AS masih Tangguh dibandingkan banyak negara.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan depresiasi mata uang. Selain menguatnya mata uang dolar AS, pelemahan juga disebabkan oleh intervensi bank sentral, peningkatan impor, penurunan pendapatan ekspor, perubahan tingkat inflasi, dan ketidakstabilan politik.
Berikut ini daftar 10 mata uang yang paling melemah di hadapan dolar AS dilansir dari Refinitiv.
1. Venezuela - Venezuelan Bolivar Soberano
Mata uang Venezuela secara Year to Date mengalami penurunan terbesar terhadap US Dollar yakni sebesar 50,49% ke level 51 per US$. Venezuela terus menghadapi hiperinflasi dan ketidakstabilan ekonmi yang parah, ditambah dengan sanksi internasional dan krisi politik berkepanjangan. Hal ini membuat Bolivar menjadi mata uang dengan performa terburuk.
2. Sudan Selatan - South Sudan Pound
Di urutan kedua ada mata uang sudan Selatan yang mengalami koreksi terhadap US Dollar sebesar 13,06% dari awal tahun ke level 3.880 per US$. Negara termuda di dunia ini masih terus bergelut dengan konflik internal, inflasi tinggi, dan ketergantungan terhadap ekspor minyak. Ketidakpastian politik memperburuk tekanan terhadap nilai tukar.
3. Turki - Turkish Lira
Posisi ketiga ditempatkan oleh mata uang asal negara Turki atau Turkish Lira yang sepanjang tahun 2025 ini mengalami penurunan sebesar 10,26% ke level 35 per US$.
Turki sedang menghadapi ketidakpercayaan investor terhadap kebijakan moneter pemerintahnya yang mengakibatkan tingginya angka inflasi serta intervensi politik dalam urusan bank sentra. Hal ini menyebabkan Lira terus melemah meski suku bunga naik tajam.
4. Argentina - Argentina Peso
Ke empat ditempati oleh Argentina peso, mata uang asal Argentina ini sudah mengalami penurunan dari awal tahun sebesar 9,80% ke level 1.030 per US$. Argentina sedang mengalami krisis utang berkepanjangan, inflasi ekstrim, dan penurunan Cadangan devisa. Peso terus tertekan seiring kekhawatiran akan default dan tekanan fiskal.
5. Tanzania - Tanzanian Shilling
Di urutan kelima, terdapat mata uang asal Tanzania yakni Tanzanian Shilling yang terkoreksi sekitar 7,69% Year to date ke level 2.400 US$. Tanzania mengalami tekanan nilai tukar karena penurunan pendapatan ekspor dan meningkatnya permintaan terhadap mata uang dolar untuk kebutuhan impor.
6. Etiopia - Ethiopian Birr
Di posisi ke enam, mata uang asal Ethiopia yakni Ethiopian Birr mengalami penurunan sebesar 7,41% dari awal tahun ke level 125 per US$. Ethiopian Birr melemah dengan kebijakan pemerintah nya yang beberapa kali melakukan devaluasi terhadap mata uangnya.
7. Mongolia - Mongolian Tugrik
Selanjutnya ada Mongolian Tugrik, yang mengalami penurunan sedalam 4,44% secara year to date ke level 3.420. Mongolia sangat bergantung pada ekspor komoditas, khususnya ke China. Permintaan global yang melambat dan penurunan harga komoditas tambang turun menekan nilai Mongolian Tugrik.
8. Sri Lanka - Sri Lankan Rupee
Nomor 8 ditempati oleh Sri Lanka Rupee, mata uang asal Sri Lanka ini terdepresiasi terhadap dollar sebesar 2,67% year to date ke level 292 per US$. Setelah krisis ekonomi besar pada tahun 2022-2023, Sri Lanka masih berjuang memulihkan stabilitasnya. Utang luar negeri yang besar dan keterbatasan Cadangan devisa menjadi factor utama tekanan terhadap Sri Lankan Rupee.
9. Vietnam - Vietnamese Dong
Di urutan selanjutnya ada mata uang asal Vietnam, yakni Vietnamese Dong yang terkoreksi terhadap US Dolar sebesar 2,57% dari awal tahun ke level 25.450 per US$. Meski ekonominya tumbuh solid dalam beberapa tahun belakangan.
10. Pakistan - Pakistani Rupee
Urutan terakhir ada mata uang Pakistan, yakni Pakistan Rupee yang mengalami koreksi sebesar 1,77% secara year to date ke level 278 per US$.
Pakistan menghadapi krisis neraca pembayaran, angka inflasi yang tinggi, dan tekanan dari Dana Moneter Internasional (IMF). Ketidakpastian politik juga memperburuk sentiment terhadap Rupee, meski pelemahannya relative lebih kecil disbanding tahun sebelumnya.
Bagaimana dengan Rupiah?
Nilai tukar rupiah melemah 1,89% sepanjang tahun ini. Rupiah sangat fluktuatif sepanjang 2025 dengan titik terkuat ada di RP 16.090/U$1 pada 1 Januari 2025 dan terlemah di Rp 16.865/US$1 pada 24 April lalu.
Pada April dan pertengahan Mei 2025, rupiah sempat menjadi salah satu mata uang terlemah di dunia tetapi nilainya kini terus menguat dan tidak masuk dalam daftar 10 mata uang terlemah di dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(evw/evw)