Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memperpanjang kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi tujuh sektor industri sebesar US$ 6,5 per MMBTU - 7 per MMBTU. Meski demikian, realisasi di lapangan industri masih ada yang membayar gas hingga US$ 16,77 per MMBTU.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Edy Suyanto menilai sepanjang Januari hingga April 2025 penerapan kebijakan ini tidak berjalan sesuai harapan industri keramik. Pasalnya, penerapan besaran persentase Alokasi Gas Industri Tertentu (AGIT) semakin menurun.
Misalnya saja, di Jawa bagian barat AGIT hanya sebesar 65,3%, sementara di Jawa bagian timur 48,8%. Hal ini membuat industri harus memproduksi dengan rata-rata biaya gas hingga di atas US$ 8 per MMBTU, atau sekitar 15% lebih mahal.
"Kehadiran Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM sangat dibutuhkan untuk menengahi masalah defisit pasokan gas karena Industri tidak mungkin bertumbuh tanpa kelancaran pasokan gas dan industri tidak mungkin bisa bertahan hidup dengan harga regasifikasi gas US$ 16,77 per MMBTU yang dikenakan oleh PGN," kata Edy kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/5/2025).
Lebih lanjut, Edy menilai ketidakpastian pasokan gas dan tingginya biaya tambahan atau harga regasifikasi gas juga dinilai merusak iklim investasi dan kepastian berusaha di Indonesia.
Sehingga, hal ini dikhawatirkan akan mengganggu peta jalan (road map) industri keramik nasional, yang telah merencanakan ekspansi kapasitas produksi dari 625 juta m2 per tahun menjadi 718 juta m2 per tahun pada akhir 2026. Adapun, target jangka panjangnya mencapai 850 juta m2 per tahun pada 2030.
Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa tingkat utilisasi Industri Keramik pada kuartal 1 tahun 2025 telah menunjukkan perbaikan, meningkat ke level 75% dibanding rata-rata tahun 2024 di 65%.
"Asaki di awal tahun 2025 memproyeksi tingkat utilisasi produksi keramik di level 85% setelah mendapatkan dukungan Pemerintah yakni PMK BMAD, PMK BMTP dan Kebijakan SNI Wajib untuk Keramik. Namun dengan gangguan supply gas tersebut membuat posisi Industri Keramik "Maju Mundur Kena"," katanya.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Industri Keluhkan Hambatan Pasokan Gas HGBT, Ada Masalah Apa?
Next Article Ada Usulan Tambahan Industri Penikmat Gas Murah, Keputusan di Prabowo