Ekspor Batu Bara RI Ditikung Rusia-Mongolia, Ini Reaksi Pengusaha

8 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor batu bara RI ke dua pasar utama, yakni China dan India, mengalami penurunan sejak awal 2015.

Berdasarkan catatan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), ekspor batu bara RI ke China hingga Mei 2025 tercatat menurun 15% dibandingkan periode yang sama pada 2024 (year on year). Begitu juga dengan ekspor ke India, terpantau menurun 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani menyebut, penurunan ekspor batu bara RI ke kedua negara tersebut karena produksi batu bara di kedua negara tersebut tengah mengalami peningkatan.

"Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik di kedua negara, sehingga impor mereka dari Indonesia ikut berkurang," ungkap Gita kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (27/6/2025).

Tak hanya itu, dia pun mengakui kini Indonesia harus mendapatkan persaingan cukup ketat dari negara-negara eksportir batu bara lainnya, yakni Australia, Rusia, hingga Mongolia. Akibatnya, permintaan untuk batu bara Indonesia juga melesu.

"Di saat yang sama, persaingan dengan negara lain seperti Rusia, Mongolia, dan Australia juga makin ketat terutama dari sisi kompetitif harga," imbuhnya.

Padahal, kata Gita, saat ini penggunaan batu bara di China terpantau masih tinggi yang dinilai seharusnya masih membutuhkan impor besar dari Indonesia. Namun alasan permintaan batu bara ke RI menurun adalah lantaran stok batu bara di Negeri Tirai Bambu tersebut masih mumpuni.

"Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stok mereka masih cukup," paparnya.

Kondisi ini menurutnya juga membuat perusahaan batu bara RI tak mudah untuk mencari pengganti pasar baru. Terlebih, lanjutnya, para pelaku usaha masih mengandalkan kontrak-kontrak yang sudah berjalan saat ini.

"Di sisi lain, mencari buyer baru memang tidak mudah. Jadi, sebagian besar pelaku usaha masih mengandalkan kontrak-kontrak yang sudah berjalan," kata Gita.

Dengan begitu, Gita mengatakan, efisiensi perlu dilakukan oleh perusahaan untuk bisa menjaga operasional usaha. Dia menilai, kondisi geopolitik yang tidak menentu saat ini juga bisa menjadi faktor kenaikan harga komoditas lain yang mempengaruhi operasional perusahaan.

"Biaya logistik otomatis ikut terdampak dan lagi harga solar untuk campuran B40 pun akan meningkat sehingga tekanan biaya tambahan. Jadi semua aspek efisiensi dari hulu ke hilir sangat penting untuk diperhatikan ke depan," tandasnya.

Permintaan Batu Bara China & India

Melansir Reuters, dua negara pengimpor batu bara termal terbesar di dunia, China dan India, terus memangkas pembelian batu bara dari Indonesia. Mereka beralih ke jenis batu bara dengan kalori tinggi dari negara lain. Penurunan harga global telah membuat batu bara berkualitas lebih tinggi menjadi lebih kompetitif.

Data terbaru menunjukkan pembelian batu bara oleh China dan India dari Indonesia menurun lebih cepat dibandingkan penurunan keseluruhan impor batu bara termal mereka.

Kedua negara tersebut mulai beralih ke batu bara dengan nilai kalor (calorific value/CV) lebih tinggi, yang menghasilkan energi lebih banyak per ton.

Di China, batu bara termal Indonesia dengan nilai kalor sedang hingga rendah menghadapi kesulitan dalam bersaing dengan batu bara Rusia yang kualitasnya serupa namun dijual dengan harga diskon, ujar analis dari Kpler, Zhiyuan Li.

Indonesia hanya memasok batu bara di China sebanyak 78,45 juta ton pada Januari-Mei 2025. Jumlah tersebut anjlok 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebaliknya, pasokan dari Australia dan Mongolia terus meningkat.

Di pasar China, batu bara dari Mongolia menjadi pemenang utama yang menggantikan posisi Indonesia.

Sedangkan di India, batu bara dari Afrika Selatan mengalami lonjakan permintaan. Pangsa pasar mereka mencapai rekor tertinggi dalam lima bulan pertama 2025, menurut data dari bea cukai China dan data perdagangan India.

Sebaliknya, kiriman batu bara dari Indonesia jeblok 7,24% menjadi 43,59 juta ton. Pasar batu bara Indonesia di India juga mendapat persaingan ketat dari Rusia hingga Amerika Serikat.

Ekspor Batu Bara ke China dan India

Asal tahu saja, China dan India masih menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), India menempati urutan pertama dalam daftar pasar batu bara RI dengan volume menembus 108,07 juta ton atau melandai 0,79% pada 2024.

Secara nilai, ekspor batu bara ke India menembus US$ 6,25 miliar pada 2024 atau setara dengan Rp102,34 triliun atau jeblok 13,93%.

India sebagai pembeli terbesar batu bara RI dalam tiga tahun beruntun dengan volume menembus 100 juta ton.

Di bawah India, terdapat China yang menjadi pasar besar batu bara Indonesia. Volume permintaan batu bara RI dari China pada 2024 melesat 14,06% menjadi 93,16 juta ton. Namun, secara nilai, ekspor batu bara ke China turun 6,04% menjadi US$ 6,55 miliar.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Soal Ekspor Batu Bara Pakai HBA, Pengusaha Minta Bertahap

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |