Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penguatan rupiah terus berlanjut hingga hari ini seiring dengan jatuhnya dolar Amerika Serikat (AS). Apakah dolar AS mencapai level Rp15.000 per dolar AS?
Dilansir dari Refinitiv, rupiah telah menguat selama tujuh hari beruntun atau sejak 15 hingga 23 Mei 2025.
Bahkan jika dilihat dari titik terlemahnya yakni pada 9 April 2025, rupiah telah menguat sebesar 3,82% yakni dari Rp16.860/US$ hingga ke level Rp16.215/US$.
Bank Indonesia (BI) tidak bisa mematok rupiah pada level tertentu. BI hanya memastikan rupiah bergerak stabil sesuai dengan fundamental.
"Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso di Gedung BI, Jakarta, Senin (26/5/2025)
Penguatan rupiah, kata Denny merupakan bentuk dari smart intervention yang dilakukan BI. Baik intervensi di pasar spot, DNDF dan SBN. Hal ini akan terus dilanjutkan ke depannya.
Rupiah berhasil menguat 2,6% terhadap dolar AS. Sementara mata uang Thailand menguat lebih besar yaitu 2,9% dan Malaysia 2,64%. Singapura di bawah Indonesia dengan penguatan sebesar 1,9% dan Filipina 1,03%.
"Alhamdulillah rupiah mengalami penguatan 2,6 persen dan BI terus komit untuk berada di pasar menjaga mekanisme supply and demand di pasar dan menjaga supaya bagaimana rupiah tetap dalam volatilitas yang stabil dari waktu ke waktu," terang Denny.
Denny melihat ke depan masih banyak tantangan. Terutama yang bersumber dari Amerika Serikat (AS) yang memicu ketidakpastian global.
"Pandangan dari Pak Gubernur bahwa perkembangan global masih tidak pasti sehingga paling tidak yang ingin kita pastikan bahwa ekonomi domestik harus tetap kuat, inflasi harus tetap rendah dan terjaga, nilai tukar stabil," ujarnya.
(ras/mij)
Saksikan video di bawah ini: