Diplomasi Mangga Arumanis Indonesia untuk Vatikan

14 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Vatikan dan Indonesia tidak hanya terkait agama. Hubungan keduanya juga dipermanis dengan sejumlah kenangan.

Salah satu kenangan manis itu terjadi di era Paus Emeritus Benediktus XVI.

Kepergian Paus Emeritus Benediktus XVI pada 31 Desember 2022 tak hanya meninggalkan duka mendalam di kalangan umat Katolik sedunia, namun juga membangkitkan memori hangat bagi Pastor Markus Solo Kewuta, seorang imam asal Indonesia yang bertugas di Vatikan dalam bidang dialog antaragama.

Salah satu kenangan yang tak pernah dilupakan Pater Markus adalah peristiwa pada 2009, saat dirinya mendampingi Kardinal Jean-Louis Tauran dalam kunjungan Dewan Dialog Antaragama Vatikan ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, mereka disambut dengan kehangatan khas Nusantara dan dibekali buah mangga arumanis sebagai cendera mata untuk Paus Benediktus XVI.

Dilansir dari Katolik News, Markus mengatakan Paus Benediktus sangat menyukai mangga arum manis Indonesia.

Menurut Markus

Paus Benediktus XVI, Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman, melambai dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan setelah dipilih oleh konklaf para kardinal, 19 April 2005. (Reuters/Max Rossi/File Foto)Foto: Paus Benediktus XVI, Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman, melambai dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan setelah dipilih oleh konklaf para kardinal, 19 April 2005. (REUTERS/Max Rossi)
Paus Benediktus XVI, Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman, melambai dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan setelah dipilih oleh konklaf para kardinal, 19 April 2005. (Reuters/Max Rossi/File Foto)

Mangga RI, Bagaimana Ekspor ke Negara Lain?

Setiap tahunnya, ribuan ton mangga Indonesia melintasi lautan, bukan menuju pasar Eropa atau Amerika, tapi ke negara kecil di Asia Tenggara.

Negara yang luasnya tak lebih besar dari Jakarta ini justru menjadi importir terbesar mangga RI, menyerap US$675,88 ribu dari total ekspor Indonesia pada 2024. Angka ini bahkan jauh melampaui Uni Emirat Arab (US$500,94 ribu) dan Malaysia (US$141,52 ribu).

Yang menarik, ekspor mangga Indonesia sebenarnya sempat terpuruk. Nilainya merosot tajam dari US$1,74 juta di 2019,hingga menyentuh titik terendah US$535 ribu pada 2022. Tapi dalam dua tahun terakhir, ekspor kembali naik signifikan, mencapai US$1,63 juta pada 2024. Lonjakan ini menandakan bahwa permintaan mangga RI masih kuat, terutama dari pasar utama seperti Singapura.

Tren ekspor mangga Indonesia dalam enam tahun terakhir memang naik turun, tetapi pola pemulihan dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa peluang untuk tumbuh lebih besar tetap terbuka. Dengan diversifikasi pasar dan perbaikan mutu, bukan tidak mungkin Indonesia bisa memperluas ekspornya ke lebih banyak negara, melampaui ketergantungan pada Singapura dan Uni Emirat Arab.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |