Dihantam Trump dan Dolar, Emas Kehilangan Kilau-Jadi Awal Kejatuhan?

1 day ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia dalam sepekan mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi usai indeks dolar AS (DXY) mengalami apresiasi.

Merujuk pada Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (30/5/2025), harga emas di pasar spot ditutup turun 0,81% ke angka US$3.289/troy ons.

Sementara secara mingguan, harga emas melemah 2,02% dari US$3.356/troy ons menjadi US$3.289/troy ons.

Sepanjang pekan ini, harga emas dunia relatif tidak banyak bergerak atau dengan kata lain hanya bergerak konsolidasi dalam rentang US$3.245-US$3.356/troy ons.

Harga emas mengalami penurunan minggu ini di tengah pernyataan yang saling bertentangan dan putusan pengadilan terkait tarif perdagangan, yang pada akhirnya membuat banyak pelaku pasar mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati terhadap logam mulia ini menjelang rilis data ketenagakerjaan AS yang penting minggu depan.

Survei Mingguan Emas Kitco News terbaru menunjukkan bahwa para ahli industri dan pedagang ritel memiliki pandangan yang lebih seimbang terhadap potensi harga emas setelah kinerja yang lemah minggu ini, meskipun kelompok yang optimis masih lebih banyak dibandingkan yang pesimis di kedua kubu.

Ketidakpastian seputar kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump dan dampaknya terhadap perekonomian global telah menambah volatilitas pasar, membuat investor lebih berhati-hati dalam mengambil posisi di pasar emas.

Dengan data nonfarm payrolls yang akan dirilis minggu depan, banyak pelaku pasar menantikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter bank sentral AS/Federal Reserve dan dampaknya terhadap harga emas.

Daya Tarik Emas Tetap Bertahan

Kendati harga emas melemah minggu ini, daya tarik emas sebagai aset safe haven tetap bertahan karena pasar kembali diguncang oleh ketidakpastian terkait agenda tarif Trump. Ini terjadi setelah pengadilan banding federal pada hari Kamis memberikan penangguhan sementara kepada Trump dari putusan yang mengancam untuk membatalkan sebagian besar tarif yang direncanakannya.

Ketegangan dengan China juga mencuat kembali minggu ini, dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut pembicaraan dagang dengan Beijing sebagai "agak mandek." Di awal pekan, Gedung Putih mengumumkan akan mulai mencabut visa pelajar China dan juga memperkenalkan pembatasan baru atas penjualan perangkat lunak desain chip yang memicu kecaman keras dari Beijing.

Semua hal tersebut kemungkinan besar akan memperkuat daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai (hedge), yang menurut Goldman Sachs Group Inc. minggu ini, akan tetap menjadi lindung nilai terhadap inflasi dalam portofolio jangka panjang, bersama dengan minyak mentah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |