Di Balik Perang Israel-Iran: Mengapa Khamenei Jadi Buruan Dunia?

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ayatullah Khamenei menjadi salah satu sosok yang paling dicari di tengah berkecamuknya perang Israel vs Iran. Dengan peran dan statusnya sebagai Pemimpin Tertinggi Iran, titah hingga pernyataan Khamenei bisa mengubah arah perang.

Sejak perang Israel vs Iran meletus pada pekan lalu, 13 Juni 2025, Khamenei sudah mengeluarkan titah dua kali. Di antaranya adalah menegaskan negaranya tidak akan tunduk pada tekanan dan ancaman militer Israel dan Amerika Serikat (AS). Dalam pidato keras yang disiarkan televisi pemerintah pada Rabu (18/6/2025), Khamenei memperingatkan bahwa setiap intervensi militer oleh Washington akan berujung pada "kerusakan yang tak bisa diperbaiki."

"Bangsa ini tidak akan pernah menyerah pada pemaksaan dari siapapun. Amerika harus tahu bahwa setiap intervensi militer pasti akan mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki," tegas Khamenei dalam pidato yang dibacakan di televisi nasional, dilansir dari AFP.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (AFP/-)Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (AFP/-)
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melambaikan tangan selama pertemuan di Teheran, Iran, 27 Oktober 2024. (AFP/-)

Bernama lengkap Sayyid Ali Hosseini Khamenei, dia sudah menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Iran (Supreme Leader of Iran) sejak 1989 hingga saat ini.

Lahir di Mashhad Iran pada 17 Juli 1939, Khamenei hanyalah satu dari dua Ayatullah yang pernah dilahirkan Iran. Gelar Ayatullah yang merupakan supremasi ulama tingkat tinggi dalam hierarki Syiah sebelumnya hanya disematkan kepada Ayatollah Imam Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini yang merupakan pemimpin Revolusi Islam Iran.

Khamenei memimpin Iran sejak 1989 menggantikan Khomeini.

Dalam kasta kepemimpinan pemerintahan Iran, Pemimpin Tertinggi Iran jauh lebih berkuasa dari presiden. Dia adalah pemimpin agama, politik, dan militer tertinggi, pengambil keputusan utama dalam kebijakan luar negeri, militer, dan urusan strategis.

Pemimpin Tertinggi Iran adalah peran yang baru ada sejak negara tersebut mengakhiri sistem monarki dan beralih ke Republik pada 1979.

Kebijakan Khamenei

Pada akhir 1996, Ayatollah Khamenei mengeluarkan fatwa bahwa pendidikan musik untuk anak-anak di bawah 16 tahun di fasilitas publik dianggap menyesatkan dan merusak moral, sehingga menyebabkan penutupan banyak sekolah musik

Khamenei adalah pemimpin pertama yang menetapkan fatwa pada 1999 yang memperbolehkan donor gamet pihak ketiga (sperma dan ovum) untuk pasangan infertil, termasuk penggunaan gamet donor bahkan setelah meninggalnya donor

Khamenei adalah pemimpin pertama yang menetapkan fatwa pada 1999 yang memperbolehkan donor gamet pihak ketiga (sperma dan ovum) untuk pasangan infertil, termasuk penggunaan gamet donor bahkan setelah meninggalnya donor

Perbedaan Tugas dan Peran Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Lantas apa yang membedakan antara Presiden Iran dengan Pemimpin Tertinggi Iran?

Menurut konstitusi Republik Islam Iran, Presiden Iran adalah kepala eksekutif yang dipilih melalui pemungutan suara langsung dari rakyat Iran. Pemimpin Tertinggi Iran adalah pemimpin politik dan agama dengan peringkat tertinggi di Republik Islam Iran.

Dalam pemilihannya, Pemimpin Tertinggi Iran atau dikenal juga Pemimpin Agung dipilih oleh sekelompok ahli. Hal ini berbeda dengan Presiden yang dipilih rakyat.

Oleh karena itu, secara hirarki, Presiden Iran berada di bawah Pemimpin Tertinggi Iran. Saat ini Pemimpin Tertinggi Iran adalah

Fungsi Presiden dan Pimpinan Tertinggi Iran

Presiden Iran bertanggung jawab untuk menandatangani perjanjian, perjanjian dengan negara lain, organisasi internasional, dan lainnya. Ia memiliki kekuasaan untuk menunjuk menteri, duta besar, gubernur setelah disetujui oleh parlemen.

Presiden Iran adalah Kepala Kabinet dan Pemerintahan, Kepala Dewan Keamanan Nasional, Memilih semua Wakil Presiden, mengirim dan menerima duta besar asing dan merupakan Kepala Dewan Revolusi Kebudayaan.

Sedangkan Pimpinan Tertinggi mempunyai kewenangan untuk menunjuk kepala pos-pos penting seperti komandan angkatan bersenjata, kepala yayasan keagamaan besar, direktur jaringan radio dan televisi nasional, pemimpin salat di masjid-masjid kota, hakim ketua, anggota Dewan Keamanan nasional, dan menangani urusan-urusan. dengan urusan luar negeri dan pertahanan, kepala jaksa, 12 hakim Dewan Wali.

Pemimpin Tertinggi Iran merancang kebijakan umum Iran, mengawasi pelaksanaan kebijakan sistem yang tepat, mengeluarkan keputusan mengenai referendum nasional.

Dia juga memegang komando tertinggi atas angkatan bersenjata dan bertanggung jawab atas deklarasi perang, mobilisasi angkatan bersenjata, kendali penuh atas Fuqaha di Guardian Dewan, otoritas kehakiman Iran, kepala staf gabungan, panglima tertinggi angkatan bersenjata, penandatanganan keputusan pemilu di Iran, pengampunan dan pengurangan hukuman bagi terpidana, dan lainnya.

Pemimpin Tertinggi Iran bersama-sama dengan dua pertiga mayoritas anggota Parlemen juga bisa memakzulkan presiden berkuasa.

Konflik dan Perang Selama Era Khamenei

Daftar Perang & Konflik yang Melibatkan Iran (1989-2025)
Iran sebagai salah satu poros utama Timur Tengah kerap terlibat dalam sejumlah konflik geopoliti.
Sepanjang era kepemimpinan Khamenei, Iran setidaknya terlibat

1. Perang Teluk (1990-1991)

Iran netral secara resmi, tetapi mengecam invasi Irak ke Kuwait dan kemudian menolak intervensi Amerika Serikat (AS). Iran mengambil kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara Arab.

2. Perang Saudara Afghanistan (1990-an-2001)

Iran mendukung Aliansi Utara melawan Taliban yang didukung Pakistan dan sebagian Arab Saudi. Iran hampir berperang langsung dengan Taliban pada 1998 setelah Taliban membantai diplomat Iran di Mazar-i-Sharif.

3. Perang Irak (2003-2011)

Iran tidak terlibat langsung, tetapi memainkan peran penting dengan mendukung milisi Syiah di Irak seperti Badr Corps dan Kataib Hezbollah, untuk melawan pasukan koalisi pimpinan AS dan mempengaruhi politik Irak pasca-Saddam Hussein.

4. Perang Suriah (2011-sekarang)

Iran menjadi salah satu pendukung utama rezim Bashar al-Assad, mengirim penasihat militer, Pasukan Quds (IRGC), dan mendukung milisi seperti Hezbollah Lebanon.
Iran terlibat dalam pertempuran melawan pemberontak Suriah, ISIS, dan kelompok lain yang didukung AS, Turki, dan negara-negara Teluk.

5. Perang Yaman (2015-sekarang)

Iran mendukung Houthi (Ansar Allah) secara politik, finansial, dan teknologi (termasuk drone dan rudal). Tidak terlibat langsung dalam pertempuran, tetapi sangat berperan dalam memperkuat kekuatan Houthi melawan koalisi pimpinan Arab Saudi.

6. Konflik Israel-Iran (Bayangan/Shadow War, 2000-an-sekarang)

Iran terlibat dalam perang bayangan melawan Israel meski tidak langsung turun tangan. Dukungan kepada Hezbollah, Hamas, dan kelompok militan Palestina lain.

Operasi di Suriah melawan Israel. Serangan siber, sabotase, dan serangan terhadap kapal/kapal tanker di kawasan Teluk. Israel sering menyerang posisi Iran di Suriah.

7. Konflik Teluk & Insiden Selat Hormuz (berulang, 2000-an-sekarang)

Iran terlibat dalam berbagai insiden di Selat Hormuz seperti penyitaan kapal tanker. Serangan drone dan rudal terhadap fasilitas minyak Saudi (dituding dari Iran). Ketegangan dengan Angkatan Laut AS di wilayah Teluk.

8. Konflik Israel-Iran (2025)
Kedua negara melakukan perang terbuka sejak 13 Juni 2025. Sebelum perang meletus sSejak awal 2025, terjadi eskalasi terbuka.

Di antaranya adalah Israel meluncurkan serangan langsung ke target-target di Iran, termasuk fasilitas nuklir. Iran kemudian merespons dengan serangan rudal/drone terhadap Israel dan aset AS di kawasan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |