Daftar Presiden Korsel Sepanjang Masa dan Deretan Kontroversinya

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Lee Jae-myung secara resmi diumumkan sebagai presiden Korea Selatan setelah kandidat dari Partai Demokrat (DP) yang berhaluan liberal ini meraih kemenangan dalam pemilu pada Rabi waktu setempat (3/6/2025).

Lee, yang sejak awal kampanye pada 12 Mei telah menjadi unggulan dalam persaingan, berhasil meraih 49% suara.

Sementara pesaing terdekatnya, Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party/PPP) yang konservatif dan berkuasa saat ini, memperoleh 41% suara, berdasarkan laporan media lokal yang mengutip data dari Komisi Pemilihan Nasional setelah 100% suara dihitung.

Lee berjanji membawa negara keluar dari kekacauan akibat krisis darurat militer dan menghidupkan kembali perekonomian yang terpukul oleh perlambatan pertumbuhan serta ancaman proteksionisme global.

Kemenangan tegas Lee dalam pemilu mendadak pada Selasa menandai perubahan besar di ekonomi terbesar keempat di Asia tersebut, menyusul kejatuhan Yoon Suk Yeol hanya tiga tahun menjabat sebagai presiden akibat kegagalan dalam upaya menerapkan pemerintahan militer.

Dengan 100% suara dihitung, Lee meraih 49,42% dari hampir 35 juta suara, sementara rival konservatifnya, Kim Moon-soo, memperoleh 41,15%. Ini merupakan tingkat partisipasi pemilih tertinggi dalam pemilu presiden sejak tahun 1997, menurut data Komisi Pemilihan Nasional.

Mantan pengacara hak asasi manusia berusia 61 tahun ini menyebut pemilu Selasa sebagai "hari penghakiman" terhadap darurat militer Yoon dan kegagalan Partai People Power menghentikan upaya tersebut.

"Misi pertama adalah mengatasi pemberontakan secara tegas dan memastikan tidak akan pernah ada lagi kudeta militer dengan senjata dan pedang yang diarahkan kepada rakyat," kata Lee dalam pidato kemenangannya di luar gedung parlemen, dikutip dari Reuters.

Pelantikan singkat dijadwalkan berlangsung di parlemen pada pukul 11 pagi waktu setempat (0200 GMT), menurut pejabat Kementerian Dalam Negeri.
Korea Selatan dihantam krisis politik sejak akhir tahun lalu hingga menimbulkan demonstrasi besar-besaran hingga pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol pada Desember 2024.

Presiden Korsel Rentan Kontroversi

Sejak berstatus menjadi negara republik pada 1948, Korea Selatan sudah memiliki puluhan presiden. Namun, kisah perjalanan presiden mereka tak selalu manis, bahkan kerap diakhiri dengan pemecatan atau impeachment.

Park Geun-hye, presiden wanita pertama Korea Selatan yang menjabat dari 2013 hingga 2017, juga menghadapi impeachment. Seperti dilansir dariNaijaDetailsdanVOA News, ia terlibat dalam skandal korupsi yang melibatkan perusahaan besar seperti Samsung. Tuduhan meliputi suap, penyalahgunaan kekuasaan, hingga pembocoran dokumen rahasia.

Park akhirnya dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, meskipun kemudian mendapatkan pengampunan dari Presiden Moon Jae-in pada akhir 2021.

Presiden sebelumnya, Lee Myung-bak, yang menjabat dari 2008 hingga 2013, juga tidak luput dari skandal. MenurutVOA News, Lee divonis 15 tahun penjara atas tuduhan korupsi, termasuk menerima suap dari Samsung. Kasus ini menambah catatan suram para pemimpin konservatif Korea Selatan yang kerap terjebak dalam kasus suap dan penyalahgunaan kekuasaan.

Tragedi lain datang dari Presiden Roh Moo-hyun, yang menjabat dari 2003 hingga 2008. Sebagai pendukung kebijakan damai dengan Korea Utara, Roh terlibat dalam penyelidikan korupsi yang melibatkan keluarganya. Tekanan berat atas kasus ini membuatnya mengakhiri hidup dengan melompat dari tebing pada 2009, seperti yang dilaporkan olehVOA News. Tragedi ini menjadi pengingat pahit tentang beratnya beban kepemimpinan di Korea Selatan.

Kembali ke masa lalu, Chun Doo-hwan, presiden otoriter yang memerintah pada 1980an, dikenang sebagai "Butcher of Gwangju" karena perannya dalam menumpas pemberontakan di Gwangju. Dilansir dariNaijaDetails, ia dihukum mati atas tuduhan kudeta dan pelanggaran HAM, meskipun hukumannya kemudian dikurangi menjadi penjara seumur hidup dan akhirnya mendapat pengampunan.

Namun, tidak semua presiden Korea Selatan berakhir dengan skandal. Beberapa tokoh, seperti Park Chung-hee, yang memimpin transformasi ekonomi negara pada era 1960-an hingga 1970-an, tetap dikenang atas prestasi mereka. Meski pemerintahannya diwarnai dengan otoritarianisme, Park dianggap berjasa membawa Korea Selatan menjadi salah satu "Asian Tigers".

Impeachment Presiden Yoon Suk Yeol menyoroti pola yang berulang dalam politik Korea Selatan, di mana para pemimpin sering kali dihadapkan pada skandal besar, baik karena korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, maupun tekanan politik. Dalam perjalanan panjang sejarah presidennya, Korea Selatan telah menunjukkan bahwa demokrasi di negara tersebut terus diuji oleh dinamika politik yang kompleks dan sering kali penuh gejolak.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |