Bisnis Hotel-Resto Berdarah-Darah, Lebih dari 95% Tingkat Hunian Drop

2 weeks ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri hotel dan restoran di Jakarta tengah menghadapi tekanan berat.  Dari data terbaru dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta mengungkap, sebanyak 96,7% hotel yang jadi anggota PHRI di Jakarta melaporkan penurunan tingkat hunian sepanjang triwulan pertama 2025. Bahkan ada hotel yang punya okupansi hanya 40%.

Temuan ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pimpinan Daerah PHRI DKI Jakarta pada April 2025. "Hampir 100% hotel di Jakarta mengalami penurunan okupansi. Ini bukan fenomena biasa, ini krisis," ujar Ketua PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono dalam konferensi pers daring, Senin (26/5/2025).

Penurunan ini disebut terjadi secara masif di hampir semua segmen, namun paling tajam dirasakan dari segmen pemerintahan. Sekitar 66,7% responden menyebut kebijakan pengetatan anggaran pemerintah sebagai biang keladi.

Pemerintah yang sebelumnya menjadi penyumbang besar okupansi hotel untuk kegiatan dinas dan rapat, kini memperketat belanja sektor tersebut. Lebih miris lagi, kontribusi wisatawan mancanegara (wisman) terhadap kunjungan ke Jakarta juga masih minim.

Dari data PHRI, jelas Iwantono, bahwa selama lima tahun terakhir (2019-2023), persentase rata-rata kunjungan wisman ke Jakarta hanya 1,98% per tahun, sisanya didominasi wisatawan domestik. PHRI menilai strategi promosi wisata ke pasar internasional belum efektif, sehingga membuat pasar domestik terlalu terbebani.

Tekanan dari sisi pendapatan ini membuat banyak pengusaha hotel dan restoran terpaksa melakukan langkah efisiensi. Salah satunya dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Survei yang sama menunjukkan, sekitar 70% responden mengaku bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika situasi tidak segera membaik. Prediksi PHK mencapai 10-30% dari total karyawan, terutama bagi pekerja kontrak dan harian lepas.

Meski begitu, tidak semua pelaku usaha langsung melakukan PHK. Perwakilan dari sektor restoran, Baskoro, menyatakan bahwa belum terjadi pemutusan kerja, namun kondisi tetap tidak ideal. "Kami tidak melakukan PHK, tapi tidak ada rekrutmen baru maupun perekrutan magang. Kami tahan dulu semua proses itu," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Kondisi ini membuat industri hotel dan restoran yang sebelumnya menjadi tulang punggung sektor pariwisata dan penyerap tenaga kerja di Jakarta dengan 603.000 orang bergantung pada sektor ini, terancam masuk ke fase kritis.

"Kalau tidak ada intervensi cepat dari pemerintah, seperti relaksasi anggaran perjalanan dinas dan perbaikan strategi promosi wisata, krisis ini bisa berdampak lebih luas, bahkan ke sektor lain seperti UMKM, logistik, dan seni budaya," tegas Sutrisno.

PHRI pun berharap pemerintah tidak hanya memandang masalah ini sebagai penurunan musiman, tapi juga sebagai sinyal bahaya bagi ekosistem pariwisata perkotaan.


(hoi/hoi)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Okupansi Merosot Efek Efisiensi, Gimana Cara Hotel Bertahan?

Next Article Orang Check-in Hotel Minim Saat Ramadan, Hotel di Jakarta Sepi Lengang

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |