Benua Afrika Terbelah, Ilmuwan Ungkap Fakta Pulau Raksasa Baru

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Benua Afrika perlahan mulai terbelah dua. Proses ini terjadi akibat aktivitas geologi besar yang tengah berlangsung di wilayah Afrika Timur.

Para ilmuwan kini mengungkap bahwa penyebab utamanya adalah kekuatan tersembunyi dari dalam perut Bumi, yakni sebuah "superplume".

Fenomena ini berpusat pada East African Rift System (EARS), retakan sepanjang lebih dari 3.000 km yang mulai terbentuk setidaknya 22 juta tahun yang lalu dan membentang melalui wilayah tempat danau-danau besar Afrika berada.

Sistem ini menandai batas antara dua lempeng tektonik, Lempeng Somalia dan Lempeng Nubia, yang secara perlahan tapi pasti bergerak menjauh satu sama lain.

Pengukuran GPS menunjukkan bahwa lempeng-lempeng tersebut bergerak terpisah dengan kecepatan sekitar 0,2 inci per tahun, kira-kira sama dengan kecepatan tumbuhnya kuku manusia.

Seiring berjalannya waktu, keretakan ini dapat membentuk lautan baru, yang berpotensi memisahkan sebagian wilayah Somalia, Ethiopia bagian timur, Kenya, dan Tanzania untuk membentuk daratan baru.

Meskipun pemisahan penuh sebelumnya diperkirakan membutuhkan waktu puluhan juta tahun, model terbaru menunjukkan bahwa hal itu dapat terjadi dalam satu hingga lima juta tahun.

Penyebab Terbelahnya Benua Afrika

Dalam studi terbaru yang dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas Glasgow, terungkap bahwa proses pemisahan ini bukan hanya disebabkan oleh pergeseran lempeng di permukaan, melainkan didorong oleh naiknya gumpalan raksasa batuan panas dari perbatasan antara inti luar dan mantel Bumi, yang disebut African Superplume.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa ada 'blob' panas raksasa dari batas inti-mantel yang terletak di bawah Afrika Timur," ujar Prof. Fin Stuart, pemimpin studi tersebut, dikutip dari Daily Mail, Jumat (23/5/2025).

"Ini mendorong pergerakan lempeng dan membuat benua Afrika lebih tinggi ratusan meter dibandingkan rata-rata," imbuhnya.

Menggunakan data dari lapangan panas bumi Menengai di Kenya dan teknologi spektrometri massa berpresisi tinggi, tim ilmuwan melacak isotop gas mulia neon yang berasal dari kedalaman Bumi.

Jejak kimiawi tersebut konsisten di berbagai titik dan memperkuat teori bahwa EARS didorong oleh satu sumber besar, bukan hanya proses dangkal atau beberapa sumber kecil.

Seiring dengan melebarnya celah tersebut, para ilmuwan memperkirakan bahwa air laut dari Laut Merah dan Samudra Hindia pada akhirnya akan membanjiri wilayah dataran rendah, dan menciptakan cekungan laut baru.

"Teluk Aden dan Laut Merah akan membanjiri wilayah Afar dan masuk ke Lembah Celah Afrika Timur, sehingga memunculkan samudra baru," ujar Ken Macdonald, seorang ahli geofisika kelautan.

"Akibatnya, bagian Afrika Timur ini akan berevolusi menjadi benua tersendiri," imbuhnya.

Negara-negara seperti Somalia, Kenya, dan Tanzania dapat menjadi bagian dari daratan baru, yang secara efektif membentuk sebuah benua yang terpisah.

Sementara negara-negara yang berada si sekitar daratan seperti Uganda dan Zambia dapat memperoleh garis pantai, yang akhirnya dapat mengubah rute perdagangan dan dinamika geopolitik.

Pergeseran yang sedang berlangsung ini menyebabkan seringnya terjadi gempa bumi, letusan gunung berapi, dan rekahan besar di seluruh lanskap.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Bosch Ciptakan Produk Hemat & Ramah Lingkungan

Next Article Tanda Kiamat Sudah Dekat Makin Nyata, Dapat Dilihat Jelas dari Daun

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |