Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak Gen Z yang mengaku sulit mencari pekerjaan dalam beberapa tahun terakhir karena makin ketatnya persaingan untuk mencari kerja di tambah dengan sedikitnya lowongan yang tersedia akibat kondisi ekonomi global yang memburuk.
Bahkan, banyak Gen Z pada saat mencari kerja, menemukan lowongan palsu yang beredar di media sosial ataupun dikirim melalui email pribadi. Alhasil karena membutuhkan pekerjaan, tak sedikit yang terkena jebakan lowongan palsu ini.
Andi, salah satu pekerja muda pun membenarkan lowongan palsu tersebut. Pihaknya pernah menemukan lowongan palsu dari saudaranya, di mana saudaranya mendapatkan informasi lowongan sebagai operator produksi di daerah Cawang Jakarta dan diminta untuk menyiapkan biaya sebesar Rp 800.000.
"Ada saudara saya, dapet informasi lowongan bagian operator produksi di Cawang, kebetulan saudara saya baru lulus kuliah, ada tawaran tersebut, tapi yang saya heran, kok ada operator produksi di Cawang, memang ada industri di kawasan tersebut," kata Andi kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Andi menambahkan bahwa saudaranya diminta oleh oknum untuk menyiapkan dana sebesar Rp 800.000 untuk keperluan wawancara lowongan tersebut.
"Saudara saya diminta untuk menyiapkan uang Rp 800.000, terus saya kasih tau, kalau kamu nanti dimintai uang, kemudian angkanya dinego terus turun, sampai dia nanya, kamu bawa uang berapa? Itu dia akan minta, walaupun cuma Rp 20.000, saya kasih tau dia, jangan kasih, ini sudah pasti agen bodong," ungkapnya.
Bahkan menurutnya, kasus ini sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 90-an, di mana saat itu banyak orang mengandalkan iklan di surat kabar.
Foto: Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menggelar Job Fair Kemnaker 2025 yang diselenggarakan pada 22-23 Mei 2025 di Gedung Kemnaker, Jakarta Selatan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
"Kasus seperti ini sejatinya sudah sejak lama, dulu orang-orang mengandalkan iklan di surat kabar, ada informasi lowongan seperti security, dan lain-lain. Ketika orang ingin ambil lowongan tersebut, salah satu persyaratannya yakni datang ke ruko tertentu, ketika sampai disana, tidak terlihat fisik kantornya, alias kantor bohongan," ujarnya lagi.
Andi menambahkan hal ini dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tersebut karena biasanya orang yang butuh kerja setelah baru lulus kuliah, tidak berpikir panjang akan keaslian lowongan tersebut.
"Kalau orang-orang yang udah berpengalaman kan udah pasti tau ini lowongan bodong apa tidak. Nah, anak-anak yang baru lulus ini, nih, yang jiwanya masih polos, oknum-oknum bisa manfaatin dah kepolosan mereka," ungkapnya lagi.
Senada dengan Andi, Yudha, salah satu pekerja yang merasakan langsung lowongan palsu tersebut, mengaku mendapatkan undangan wawancara di perusahaan besar dan ternama. Ia diminta datang ke daerah Bekasi.
"Saya pernah mendapatkan undangan interview sebuah perusahaan besar dan ternama, dan saya disuruh datang ke lokasi di Bekasi, tanpa pikir-pikir panjang, saya mengiyakan undangan tersebut," kata Yudha.
Tak hanya itu saja, undangan itu meminta Yudha untuk menyiapkan uang sebesar Rp 500.000 untuk persyaratan awal wawancara. Yudha hanya menyanggupi membayar sebesar Rp 200.000.
"Di undangan itu, saya diminta untuk mentransfer ke rekening bersangkutan sebesar Rp 500.000. Tapi saya hanya mampu transfer Rp 200.000," ujarnya.
Esok hari ketika Yudha ingin ke lokasi wawancara kerja tersebut, Ia menemukan sebuah ruko di Bekasi yang namanya cukup aneh. Ketika ditemui ruko tersebut, tak ada tanda-tanda kegiatan usaha yang dijanjikan.
"Besoknya saat saya sampai di lokasi, bentuknya sebuah ruko, tapi saat saya hampiri, tidak ada aktivitas yang terlihat jelas di lokasi tersebut," ungkapnya.
Yudha juga berusaha untuk mengontak kembali pihak yang mengundang wawancara kerja. Namun, kontak tersebut tidak dapat dihubungi olehnya.
"Ketika saya berusaha hubungin pihak yang beri undangan interview kerja, nomornya tidak aktif dan tidak dapat menjawab," pungkasnya.
(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal
Next Article Banyak Perusahaan Pecat Karyawan Gen Z di 2024, Ini Alasannya