Badai PHK Belum Berakhir, Pengusaha Mohon Pemerintah Lakukan Ini!

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha mewanti-wanti badai pemutusan hubungan kerja yang terus terjadi awal tahun ini berpotensi belum berakhir. Pemicunya, aktivitas ekonomi di level domestik maupun global makin tak kondusif.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan, badai PHK makin besar hingga awal tahun ini. Ia mencatat 257.471 pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan sudah berhenti dari kepesertaannya pada 2024 silam karena terkena PHK. Sedangkan sejak awal tahun hingga Maret 2025 ini, sudah ada sebanyak 73.992 peserta yang terkena PHK.

Sementara itu, jumlah peserta yang mengajukan klaim JHT BPJS TK karena PHK pada 2024 telah mencapai 154.010 orang, dan berlanjut dari awal Januari 2025 sampai periode Maret sebanyak 40.683 orang.

"Jelas kenaikan yang sangat signifikan dan tidak berhenti di sini," kata Shinta saat Media Briefing Apindo di Jakarta, dikutip Rabu (14/5/2025).

"Makanya sekarang kenapa kita perlu revitalisasi padat karya, karena PHK ini menjadi satu perhatian yang sangat mengkhawatirkan buat kita," tegasnya.

Shinta mengatakan, PHK itu harus ditempuh pengusaha karena berbagai masalah terus terjadi mengakibatkan aktivitas industri terganggu. Ia mengatakan, berdasarkan hasil survei Apindo terhadap lebih dari 350 perusahaan anggotanya pada 17-21 Maret 2025, terungkap 5 masalah yang menjadi alasan perusahaan melakukan PHK atau pengurangan pegawai.

Tekanan utama yang mendorong PHK antara lain adalah penurunan permintaan yang dinyatakan oleh 69,4% responden. Lalu, kenaikan biaya produksi 43,3%, perubahan regulasi ketenagakerjaan terutama terkait upah minimum 33,2%, tekanan dari produk impor 21,4%, serta dampak dari adopsi teknologi dan otomatisasi 20,9%.

"Melihat angka PHK, kami juga jadi khawatir. Karena kuartal ke-2, kuartal ke-3, kami nggak melihat akan ada perbaikan, terus terang," kata Shinta.

Merespons masalah ini, Shinta mengatakan, tidak ada opsi lagi bagi pemerintah untuk tidak fokus untuk menarik investasi padat karya ke depan. Tanpanya, lapangan pekerjaan akan semakin sulit mewadahi besarnya tenaga kerja Indonesia.

"Kita juga harus menyiapkan 3-4 juta pekerjaan baru setiap tahunnya. Jadi walaupun sudah ada pekerjaan baru dari investasi yang masuk, ini tidak bisa memadai dengan kondisi yang ada," tutur Shinta.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ada Harapan! Pengusaha Ungkap Peluang RI Saat Perang Dagang

Next Article Regulasi UMP Kerap Berubah-Ubah, Pengusaha Takut Investor Kabur

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |