Awas! 5 Obat Ini Jangan Dikonsumsi Bareng Kopi

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengonsumsi sejumlah obat saat meminum kopi bisa menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit.

Dosen Senior Praktik Farmasi di Universitas Kingston, Dipa Kamdar mengungkapkan, setidaknya ada lima jenis obat yang bila dikonsumsi bersamaan dengan kopi bisa memberikan efek negatif bagi tubuh.

Berikut ini detailnya, sebagaimana dilansir The Independent:

1. Obat flu dan pilek

Kafein adalah stimulan, yang berarti mempercepat sistem saraf pusat. Pseudoefedrin, dekongestan yang ditemukan dalam obat flu dan pilek seperti Sudafed, juga merupakan stimulan. Bila dikonsumsi bersamaan, efeknya berpotensi menyebabkan kegelisahan, sakit kepala, detak jantung cepat, dan insomnia.

Banyak obat flu yang sudah mengandung kafein tambahan, sehingga meningkatkan risiko ini lebih jauh.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa menggabungkan kafein dengan pseudoefedrin dapat meningkatkan gula darah dan suhu tubuh, yang sangat berisiko terutama bagi penderita diabetes.

Efek stimulan juga makin berisiko bila menggabungkan kafein dengan obat ADHD seperti amfetamin, atau dengan obat asma seperti teofilin, yang memiliki struktur kimia serupa dengan kafein. Menggunakannya bersama-sama dapat meningkatkan risiko efek samping seperti detak jantung cepat dan gangguan tidur.

2. Obat tiroid

Levotiroksin, pengobatan standar untuk tiroid, bila diminum terlalu cepat setelah mengonsumsi kopi saat pagi hari bisa mengurangi penyerapan atau efektivitasnya hingga 50%.

Kafein mempercepat motilitas usus (pergerakan makanan melalui saluran pencernaan), sehingga obat tidak punya banyak waktu untuk diserap dan juga dapat mengikatnya di lambung, sehingga lebih sulit diserap tubuh.

Efek ini mengurangi ketersediaan hayati obat, yang berarti lebih sedikit obat yang mencapai aliran darah Anda di tempat yang membutuhkannya. Interaksi ini lebih umum terjadi pada levotiroksin dalam bentuk tablet, dan lebih kecil kemungkinannya terjadi terhadap jenis cair.

Jika penyerapan terganggu, gejala hipotiroidisme, termasuk kelelahan, penambahan berat badan, dan sembelit dapat muncul, bahkan jika Anda minum obat dengan benar.

Aturan waktu yang sama berlaku untuk kelas obat osteoporosis yang disebut bifosfonat, termasuk alendronat dan risedronat, yang juga memerlukan perut kosong dan sekitar 30-60 menit sebelum makanan atau minuman dikonsumsi.

3. Antidepresan dan antipsikotik

Interaksi antara kafein dan obat kesehatan mental bisa lebih kompleks.

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti sertraline dan citalopram, adalah jenis obat antidepresan yang banyak digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, dan kondisi kejiwaan lainnya.

Studi laboratorium menunjukkan kafein dapat mengikat obat-obatan ini di lambung, mengurangi penyerapan dan berpotensi membuatnya kurang efektif.

Antidepresan trisiklik (TCA), seperti amitriptilin dan imipramin, adalah golongan antidepresan lama yang bekerja dengan memengaruhi kadar neurotransmiter di otak. Obat-obatan ini termasuk antidepresan pertama yang dikembangkan dan kini jarang digunakan, dibandingkan dengan antidepresan baru seperti SSRI, karena potensi efek sampingnya yang lebih banyak dan risiko overdosis yang lebih tinggi.

TCA dipecah oleh enzim hati CYP1A2, yang juga memetabolisme kafein. Persaingan antara keduanya dapat memperlambat pemecahan obat, meningkatkan efek samping, atau menunda pembersihan kafein, membuat Anda merasa gelisah atau bersemangat lebih lama dari biasanya.

Clozapine, suatu antipsikotik, juga diproses oleh CYP1A2. Satu penelitian menunjukkan bahwa minum dua hingga tiga cangkir kopi dapat meningkatkan kadar clozapine dalam darah hingga 97%, yang berpotensi meningkatkan risiko seperti kantuk, kebingungan, atau komplikasi yang lebih serius.

4. Obat pereda nyeri

Beberapa obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti yang mengandung aspirin atau parasetamol, mengandung kafein tambahan. Kopi dapat mempercepat penyerapan obat-obatan ini dengan mempercepat pengosongan lambung dan membuat lambung lebih asam, yang meningkatkan penyerapan beberapa obat, seperti aspirin.

Meskipun hal ini dapat membantu obat pereda nyeri bekerja lebih cepat, hal ini juga dapat meningkatkan risiko efek samping seperti iritasi lambung atau pendarahan, terutama bila dikombinasikan dengan sumber kafein lainnya. Meskipun belum ada kasus serius yang dilaporkan, kehati-hatian tetap diperlukan.

5. Obat jantung

Kafein dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung untuk sementara, yang biasanya berlangsung tiga hingga empat jam setelah dikonsumsi.

Bagi orang yang mengonsumsi obat tekanan darah atau obat yang mengendalikan irama jantung tidak teratur (aritmia), hal ini dapat menghambat efek obat.

Tapi tidak berarti orang dengan kondisi jantung harus menghindari kopi sama sekali, melainkan mereka harus memantau dampaknya terhadap gejala mereka, dan mempertimbangkan untuk membatasi asupan atau beralih ke kopi tanpa kafein jika diperlukan.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Preventive Care Jadi Arah Baru Bisnis Layanan Kesehatan

Next Article Daftar 21 Penyakit yang Pengobatannya Nggak Gratis Walau Punya BPJS

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |