Jakarta -
Anggota DPR RI, Andre Rosiade memberikan bantuan untuk Hengki Syaputra (30) yang mengalami kebutaan diduga setelah cabut gigi. Ia mengatakan bantuan tersebut untuk meringankan beban keluarga.
Selain itu, Andre Rosiade juga langsung menghubungi Kapolres Pariaman untuk meminta penjelasan kasus ini dan tindak lanjutnya.
"Kami minta tim antar bantuan. Nanti masalah di Polres juga akan kami pantau dan cek lagi. Soal pengobatan lanjutan nanti kita akan coba bantu lagi untuk Hengki," kata Andre Rosiade dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, sekitar 4 tahun silam tepatnya pada 4 Oktober 2021 menjadi awal petaka bagi Hengki. Bermula dari proses mencabut gigi yang dilakukannya di ASIR Dental Care di Kelurahan Jawi-jawi II, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Hengki akhirnya menderita kebutaan diduga akibat malpraktik.
Bantuan tersebut disalurkan melalui tim Andre Rosiade yang terdiri dari Wakil Sekretaris DPD Gerindra Sumbar, Zulkifli serta Rina Shintya Ningsih dan Felda Yurnawati sebagai Wakil Bendahara, dan Syabri Yulizar sengaja datang ke rumah untuk mengantarkan bantuan kepada Hengki yang kasusnya kini menjadi perhatian publik.
"Hengki tulang punggung keluarga, dulu kerja buka bengkel, sekarang tidak bisa lagi karena sakit," kata ibunda Hengki, Nurhasni (51) kepada tim Andre Rosiade yang datang ke rumahnya di Korong Koto Tabang, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Nurhasni hanya ibu rumah tangga. Sejak sang suami meninggal dunia, ditambah Hengki tak bisa lagi bekerja, Nurhasni mengaku beban hidupnya bertambah berat.
"Sejak Hengki sakit, beban keluarga jadi tambah berat," tuturnya.
Bantuan dari Andre Rosiade, kata Nurhasni setidaknya sedikit mengurangi beban keluarganya. Ia mengapresiasi kepedulian Andre Rosiade terhadap anaknya.
"Terima kasih banyak Pak atas bantuan bapak Andre Rosiade. Semoga Bapak sehat dan panjang umur," tuturnya.
Nurhasni berharap, anaknya bisa sembuh kembali, penglihatannya bisa kembali seperti sedia kala. Ia tak menyangka, tindakan medis mencabut gigi yang dilakukan terhadap anaknya pada sekitar 4 tahun silam akan berakhir tragis seperti ini.
Hengki, cerita Nurhasni, awalnya merasakan tumbuhnya gigi di langit-langit mulut bagian kanan. Gigi itu semula hanya terasa mengganggu, tetapi lambat laun menimbulkan rasa sakit. Ia kemudian memutuskan untuk memeriksakannya ke salah satu klinik bernama ASIR Dental Care. Setelah diperiksa oleh dokter gigi di klinik tersebut, dokter memutuskan untuk mencabut gigi tersebut.
"Pihak klinik bilang aman, tidak akan berdampak apa-apa. Tapi, setelah dicabut, darah keluar banyak," tutur Nurhasni.
Pasca cabut gigi, Hengki menderita demam. Setelah dicek, ternyata syaraf mata Hengki mengalami permasalahan. Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan ada yang berubah dengan kondisi penglihatan anaknya. Hengki mulai mengalami gangguan pada matanya. Penglihatannya sedikit-sedikit mengalami penurunan hingga menderita kebutaan.
"Sejak cabut gigi itu, anak saya tidak langsung buta. Tapi bertahap, perlahan-lahan hingga matanya buta total," kata Nurhasni.
Ia mengaku sempat meminta pertanggung jawaban dari klinik terkait kondisi anaknya. Namun, tanggapan dari klinik tak seperti yang dia harapkan. Upaya mediasi beberapa kali dilakukan, tetapi tidak menghasilkan titik temu.
"Saya sudah coba minta pertanggung jawaban ke klinik dan sudah tiga kali bertemu. Saya hanya dikasih uang Rp 300 ribu pertamanya. Kemudian, setiap sebulan juga dikasih Rp 200 ribu," sebut Nurhasni.
Tak puas dengan apa yang telah diderita anaknya, Nurhasni kembali memintai pertanggung jawaban kepada klinik, tapi di tengah jalan klinik justru memutus hubungan komunikasi dengannya.
"Di tengah jalan nomor saya malah diblokir. Sejak saat itu klinik tidak pernah lagi kasih uang," tuturnya.
Nurhasni lalu memutuskan untuk melaporkan kejadian itu ke Polres Pariaman. Ia berharap kasus itu menemukan titik terang. Tapi tanpa disangka, proses penyelidikannya malah dihentikan oleh kepolisian.
Dalam Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) tanggal 28 Mei 2025 yang diterima Nurhasni, disebutkan penyelidikan kasus tersebut dihentikan karena tidak ditemukan unsur pidana. Nurhasni menegaskan hanya menuntut keadilan bagi anaknya dan mendorong agar penyelidikan kasus ini kembali dilanjutkan.
"Saya berdoa, cukup sehatkan saja anak kami ini. Hidup saya serasa hampa, anak cuma seorang, tapi kondisinya seperti ini." tegasnya.
Sementara itu, Hengki hanya berharap bisa melihat kembali agar dia bisa membantu ibunya untuk meringankan beban keluarga.
"Saya hanya punya satu harapan, bahagiakan ibu saya. Tapi mata kini tidak melihat lagi." katanya.
Di sisi lain, Wakil Sekretaris DPD Gerindra Sumbar, Zulkifli mengatakan, Andre Rosiade sengaja meminta timnya untuk menyerahkan santunan kepada Hengki karena peduli dengan kasus yang menimpanya saat ini. Ia berharap, bantuan ini bisa dimanfaatkan dengan baik, terutama untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
"Pak Andre menyuruh kami mengirimkan santunan untuk Hengki sebesar Rp 10 juta. Semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk keperluan pengobatan Hengki," kata Zulkifli.
Dalam kesempatan terpisah, drg. Rini Susilawati Risman yang merupakan dokter ASIR Dental Care membantah melakukan malpraktik yang membuat mata pasiennya buta. Menurutnya, prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) kedokteran gigi.
"Kasus ini sebenarnya sudah digelar di Polres Pariaman di bulan Februari 2025. Perkaranya sudah selesai di bulan kemarin. Saya dinyatakan Alhamdulillah tidak bersalah dan tidak malpraktik dan tidak menyebabkan mata saudara Hengki ini buta." katanya di Kabar Utama Pagi TVOne.
Ia juga menyampaikan proses pencabutan gigi yang menyebabkan pasien buta belum pernah terjadi. Ia menegaskan, itu cuma merupakan mitos karena dalam ilmu kedokteran gigi tidak ada kaitan saraf gigi dengan saraf mata.
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini